Senin, 23 April 2012

SEKRIPSI BAB 1 2 3 dan 5



                                     PROf. DR. H. DHANDAN EL-HARYONO, S. Sos. MSi
 

             BAB I  
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang Penelitian
Setiap masyarakat mempunyai kewajiban untuk menjaga kelestarian lingkungan, baik itu yang berkaitan dengan alam ataupun dari kegiatan aktivitas perusahaan semua itu dilakukan tidak semata mata haya untuk kelestarian lingkungan tetapi untuk keberlangsungan kehidupan manusia agar terhindar dari kerusakan alam dan tidak menimbulkan efek yang negatif berupa penyakit dan kerugian lain.
Pendirian sebuah perusahaan yang sekalanya lumayan besar yang bersentuhan dengan masyarakat dalam kegiatanya, maka dalam Peraturan Walikota NO Tahun 2008 Tentang Pendirian perusahaan yang menghasilkan limbah, di kemuka kan bahwa setiap orang yang mendirikan perusahaan harus lolos administratif namun sebelum melalui proses perijinan harus melalui UPL(Usaha Pengelolaan Limbah) dan UKL sebelum melalui proses AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) setelah dinyatakan selesai dan lolos Administrasi UPL dan UKL baru melalu Proses AMDAL Setelah itu baru keluar proses perijinan dan dinyatakan Legal dalam melakukan kegitanya, Namun Terkadang proses AMDAL banyak yang disepelekan bahkan tidak sedikit yang direkayasa sehingga yang menanggung akibatnya adalah masyarakat setempat.
Dalam peraturan Walikota No.9 tahun 2009 Tentang pengelolaan limbah yang dihasillkan oleh perusahaan, dikatakan bahwa setiap perusahaan yang menghasilkan limbah harus diolah dan dipisahkan terlebih dahulu sebelum di buang, dan pembuangan limbah tidak boleh merugikan orang banyak terutama merugikan dan  mengganggu aktivitas masyarakat apalagi hingga merugikan hajat orang banyak.
Namun peraturan tersebut tidak diaplikasikan oleh semua perusahaan terutama oleh perusahaan pemotong ayam Suka Hati Group, contohnya saja di Kampung Sambong  Jaya Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya, yang mana di daerah tersebut terdapat perusahaan penyuplai daging ayam yang dipotong oleh perusahaan Suka hati Group yang terdiri dari perusahaan Suka Hati, Cahaya Jaya dan Mekar Jaya. Perusahaan tersebut setiap hari nya memotong lebih dari lima ribu ayam yang di suplai ke berbagi tempat diantaranya ke daerah Priangan Timur meliputi Garut, Tasikmalaya Ciamis dan Banjar. Ayam-ayam tersebut pun disuplai ke berbagai rumah makan yang berada di Kota dan Kabupaten Tasikmalaya.
 Kegiatan pemotongan ayam yang dilakukan perusahaan tersebut berdampak terhadap pencemaran lingkungan terutama pencemaran pada aliran sungai karena limbah langsung dibuang ke sungai tanpa didaur ulang terlebih dahulu. Hal ini berdampak pula pada kualitas air yang tidak dapat di pergunakan untuk keperluan masyarakat, karena limbah yang di hasilkan mengalir pada daerah aliran sungai yang berada di kampung Sambong Jaya tempat dimana perusahaan itu berdiri.
Dampak dari pencemaran air ini dirasakan langsung oleh masyarakat yang tinggal di sekitar aliran Sungai Cikuten yang dialiri air tersebut, Kondisi demikian diakibatkan oleh limbah daging ayam yang dihasilkan pabrik pemotongan ayam Suka Hati.
 Terlebih sekarang ini perkembangan pabrik pemotongan ayam ini sangatlah pesat sehingga jumlah ayam yang di potong pun meningkat signifikan dari tahun ke tahun, terutama dari tahun 2009 hingga tahun 2011, perkembangan perusahaan ini disebabkan banyaknya berdiri perusahaan rumah makan dan penjual fried chicken, yang berefek pada banyaknya jumlah permintaan, sehingga semakin banyak permintaan semakin banyak pula ayam yang di potong setiap hari nya, maka semakin banyak pula limbah yang di hasilkan oleh perusahaan tersebut.
Akan tetapi ada hal yang sangat ironis seiring dengan pesatnya perusahaan tersebut yakni semakin tidak efektifnya penanggulangan pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut, padahal penanggulangan adalah suatu kewajiban yang mesti dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan karena berefek  pada hajat masyarakat terutama penanggulangan terhadap air yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat.
Tabel 1.1 Banyaknya Ayam Yang Di Potong Setiap Harinya Dari Tahun 2009-2011
NO
Tahun
Rata-rata
Per Hari
Rata-rata
Pertahun
Jumlah
1
2009
5000 Potong
1.800.000 Potong
1.800.000 Potong
2
2010
5500 potong
1.980.000 Potong
1.980.000 Potong
3
2011
6000 Potong
2.160.000 Potong
2.160.000 Potong
Sumber: Perusahaan  Suka Hati Group 2011
Kebiasaan membuang limbah yang sembarang yang tak teratur  sudah menjadi hal yang lumrah seperti itulah kenyataan yang terjadi di lapangan semakin banyak ayam yang di potong tersebut  maka semakin banyak pula limbah yang di hasilkan dan memerlukan pengelolaan limbah yang baik dan benar sehingga tidak menyebab kan pencemaran terhadap air yang mengalir di sungai Cikunten yang dampaknya akan dirasakan oleh masyarakat seperti air yang berwarna merah, dan bercampur darah dan sisa sisa kotoran ayam yang di bersihkan, selain itu juga yang dirasakan oleh masyarakat setempat akibat dari menggunakan air tersebut yang menyebabkan gatal-gatal alergi serta penyakit kulit lainnya. Hal ini juga berdampak pada lingkungan yaitu pada kolam-kolam milik masyarakat yang teracuni oleh limbah tersebut.
 Fenomena diatas diduga akibat tidak ada pemeriksaan rutin yang dilakukan oleh KPLH Terhadap perusahaan pemotongan ayam di Kelurahan Sambong Jaya, jarang ada petugas yang secara langsung melakukan pemantauan mengenai penanggulangan serta kegiatan pembuangan limbah perusahaan sehingga perusahaan lalai dan tidak memperhatikan pengelolaan limbah yang baik dan benar.
Selain itu, mestinya pemerintah setempat mengetahui apa yang dirasakan dan yang menjadi keluhan masyarakat bahwa sungai yang tadinya berair bersih kini tidak terpelihara karena dipenuhi oleh sampah yang susah di daur ulang serta bercampur dengan kotoran yang berasal dari limbah pabrik pemotongan ayam Suka Hati yang di buang tanpa dikelola terlebih dahulu kemudian di tambah dengan sisa kotoran rumah tangga yang dibuang dari spiteng langsung ke sungai akibatnya terjadi pencemaran yang dampaknya dirasakan oleh masyarakat itu sendiri yang berakibat pada kesehatan serta kelestarian dan pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan dan efektivitas penanggulangan pencemaran lingkungan belum tercapai, dengan gejala- gejala  sebagai berikut :
1.      Penanggulangan pencemaran tidak berhasil   .
            Contohnya: Di kampung  Sambong Jaya  Kelurahan Sambong Jaya daerah    aliran sungainya masih tercemari limbah yang di hasilkan pabrik pemotongan ayam.
2.       Penanggulangan pencemaran kerusakan lingkungan hidup tidak memuaskan masyarakat .
             Contohnya: Di kampung Sambong Jaya Kelurahan Sambong Jaya, masyarakat tidak merasakan air bersih yang mengalir di sungai untuk dijadikan sebagai bahan kebutuhan rumah tangga serta masih dirasakan efeknya terhadap kesehatan masyarakat.
   Begitu pula belum tercapainya efektifitas penanggulangan pencemaran lingkungan hidup di Kampung Sambong Jaya Kelurahan Sambong Jaya Kota Tasikmalaya, diduga diakibatkan oleh lemahnya pengawasan, dengan gejala-gejala lain sebagai berikut :
1.      Kepala tidak melakukan pemantauan langsung
Contohnya: Kepala tidak melihat secara langsung serta tidak ada pejabat khusus yang berwenang melakukan pemantauan  langsung ke lapangan dan melakukan penanggulangan.
2.      Kepala tidak melakukan tindakan korektif
Contonya: Kepala tidak memeriksa hasil laporan penanggulangan pencemaran lingkungan yang telah dilaksanakan di kampung Sambon Jaya Kelurahan Sambong  Jaya terkait penaggulangan daerah aliran sungai.
   Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian di Kota Tasikmalaya dan menuangkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengawasan Terhadap Efektivitas Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup Pada Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya (Pencemaran Daerah Aliran Sungai Di Kelurahan Sambong Jaya)”
1.2   Research Question
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka penulis menentukan Research Question sebagai berikut:
“Adakah Pengaruh Pengawasan Terhadap Efektivitas Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup Pada Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya (Pencemaran Daerah Aliran Sungai Di Kelurahan Sambong Jaya)?
1.3   Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1   Maksud penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui gambaran mengenai Pengaruh Pengawasan Terhadap Efektivitas Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup Pada Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya (Pencemaran Daerah Aliran Sungai Di Sambong Jaya)
1.3.2   Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang dilakukan peneliti adalah
Mengetahui gambaran mengenai Pengaruh Pengawasan Terhadap Efektivitas Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup Pada Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya (Pencemaran Daerah Aliran Sungai Di Sambong Jaya)
1.4    Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Guna menambah pengetahuan dan pengalaman penulis baik secara teoritis mapun secara praktis mengenai pengawasan dan efektivitas penanggulngan pencemaran Lingkungan Hidup Pada Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya (pencemaran daerah aliran sungai di Sambong Jaya)
2.      Guna memberikan sumbangan pemikiran penulis bagi Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya dan Kampung Sambong Jaya Kelurahan Sambong  Jaya Kota  Tasikmalaya terutama dalam hal pengawasan dan efektivitas penanggulangan pencemaran lingkungan hidupdan menambah bahan kepustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) YPPT Priangan Timur Tasikmalaya, khususnya pada kajian pengawasan dan efektivitas.
 
 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1     Tinjauan Pustaka                   
          2.1.1       Pengawasan Sebagai Fungsi Manajemen
Dalam usaha pencapaian tujuan organisasi, kita tidak akan terlepas dari proses manajemen. Manajemen merupakan usaha pencapaian tujuan organisasi dengan menggunakan keahlian orang lain. Dalam proses manajemen didukung oleh sejumlah orang yang akan melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan bidang dan tugasnya masing-masing untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Siagian dalam Silalahi (2003:137)
“Manajemen dapat didefinisikan sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.”
Sedangkan Terry dalam Hasibuan (1990:3) mengatakan bahwa :
Manajemen merupakan suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.
Dari beberapa pengertian manajemen yang dikemukakan oleh para ahli, menunjukkan bahwa dalam manajemen terdapat kegiatan-kegiatan yang terdiri dari beberapa bagian  kegiatan yang merupakan bagian dari suatu proses manajemen. Mencapai tujuan itu sendiri dilakukan melalui kegiatan orang lain dan menggunakan Berbagai sumber daya yang ada dalam organisasi.
Agar pencapaian tujuan tersebut berhasil guna dan berdaya guna, maka pencapaian tujuan tersebut dilaksanakan melalui fungsi manajemen. Adapun fungsi-fungsi manajemen sebagaimana dirumuskan oleh para ahli administrasi/manajemen antara lain sebagai berikut :
1.        Terry dalam Handayaningrat (1996:25), memberikan empat fungsi fundamental daripada manajemen, dan fungsi ini lebih umum dikenal dan dipergunakan, yakni :
1)        Planning (Perencanaan)
2)        Organizing (Pengorganisasian)
3)        Actuating (Penggerakkan)
4)        Controlling (Pengawasan)
2.        Mc. Farland juga dalam Handayaningrat (1996:21), mengemukakan fungsi manajemen yang terbagi ke dalam 3 fungsi :
1)        Perencanaan (Planning)
2)        Pengorganisasian (Organizing)
3)        Pengawasan (Controlling)
3.        Koontz dan O’Donnell memberikan fungsi manajemen yaitu :
1)        Perencanaan (Planning)
2)        Pengorganisasian (Organizing)
3)        Penyusunan Pegawai (Staffing)
4)        Pembinaan Kerja (Directing)
5)        Pengawasan (Controlling)
Ketiga pendapat di atas mengungkapkan bahwa pengawasan ialah bagian dari fungsi manajemen dengan pelaksanaannya akan diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam organisasi juga supaya mempermudah pencapaian tujuan organisasi.
          2.1.2       Pengertian Pengawasan
              Setiap organisasi didirikan dengan maksud tertentu, dapat bermaksud mencari laba, untuk kesejahteraan masyarakat dan sebagainya. Untuk pencapaian tujuan tersebut diperlukan suatu sistem manajemen yang dapat mengatur seluruh kegiatan organisasi supaya kegiatan tersebut berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sistem manajemen tersebut memiliki beberapa fungsi, salah satu fungsi manajemen yang sangat penting ialah pengawasan.
              Dalam prosesnya pemerintah memeriksa secara langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang dikerjakan perusahaan yang berada di wilayahnya kemudian apabila terdapat kesalahan, maka pemerintah dapat memberikan koreksi untuk diperbaiki sehingga penyimpangan yang ada dapat dicegah atau diminimalkan.
             Siagian (2008:112) memberikan penjelasan mengenai pengawasan sebagai berikut :
            “Pengawasan ialah proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.”
          Selanjutnya menurut Terry dalam Brantas (2009:189) :
          Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.
Artinya pengawasan haruslah ada sebuah ketetapan yang menjadi standar kebenaran yang sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya teknis dan konsep
              Kemudian LAN RI (1996:159) mengemukakan bahwa :
     Pengawasan adalah salah satu fungsi organik manajemen, yang merupakan proses kegiatan pimpinan untuk memastikan dan menjamin bahwa tujuan dan sasaran serta tugas-tugas organisasi akan dan telah terlaksana dengan baik sesuai dngan rencana, kebijaksanaan, intruksi dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dan yang berlaku.
              Berdasarkan pendapat-pendapat diatas mengenai pengawasan, maka dapat disimpulkan bahwa pengwasan sebagai salah satu fungsi manajemen yang memberikan penilaian dan memberikan perbaikan sehingga menjamin bahwa tujuan akan terlaksana dengan baik.
Seperti dalam LAN RI (1996:159) bahwa :
     Hakikat pengawasan adalah untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan dan kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran serta pelaksanaan tugas-tugas organisasi.
Adapun tujuan daripada pengawasan menurut Handayaningrat (1996:143)  
“pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.”
Kemudian Henry Fayol dalam Sarwoto (1988:95) mengemukakan bahwa pengawasan bertujuan menunjukkan atau menemukan kelemahan-kelemahan agar dapat diperbaiki dan mencegah berulangnya kelemahan-kelemahan itu.
Supaya fungsi pengawasan itu mendatangkan hasil yang diharapkan, maka Siagian (1996:176) mengemukakan ciri-ciri pengawasan yang efektif, yaitu:
1.         Pengawasan harus merefleksikan sifat dari berbagai kegiatan yang diselenggarakan. Maksudnya ialah teknik pengawasan harus sesuai antara lain dengan penemuan informasi tentang siapa yang melakukan pengawasan dan kegiatan apa yang menjadi sasaran pengawasan tersebut.
2.         Pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang kemungkinan adanya deviasi dari rencana. Maksudnya ialah pengawasan harus mampu mendeteksi deviasi dan penyimpangan yang mungkin terjadi sebelum penyimpangan itu menjadi kenyataan.
3.         Pengawasan harus menunjukkan pengecualian pada titik-titik strategik tertentu. Maksudnya ialah seorang pimpinan harus mampu menentukan kegiatan apa yang perlu dilakukannya sendiri dan kegiatan apa pula yang sebaiknya didelegasikan kepada orang lain.
4.         Objektivitas dalam melakukan pengawasan. Maksudnya ialah pengawasan lebih ditekankan pada standar prestasi kerja.
5.         Keluwesan pengawasan. Berarti bahwa pelaksanaan pengawasan harus tetap berlangsung meskipun menghadapi perubahan organisasi.
6.         Pengawasan harus memperhitungkan pola dasar organisasi. Seperti ; pembagian tugas, pendelegasian wewenang, pola pertanggungjawaban, jalur komunikasi dan jaringan komunikasi.
7.         Efisiensi pelaksanaan pengawasan. Menjelaskan bahwa setiap organisasi perlu menciptakan sistem pengawasan yang sesuai dengan kebutuhan.
8.         Pemahaman sistem pengawasan oleh semua pihak yang terlibat. Maksudnya ialah bahwa pimpinan selaku pelaksana kegiatan pengawasan harus dapat menentukan teknik pengawasan yang dibutuhkan dan alat bantu apa yang perlu dikuasai dan dimilikinya.
9.         Pengawasan mencari apa yang tidak beres. Berarti bahwa pengawasan yang baik harus pula menemukan siapa yang salah dan faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya kesalahan tersebut.
10.     Pengawasan harus bersifat membimbing. Berarti bahwa tindakan pengenaan sanksi terhadap bawahan menuntut keteladanan pada diri pimpinan yang bersangkutan.
            Berbagai pernyataan mengenai pengawasan menunjukkan bahwa kegiatan pengawasan dimaksudkan untuk mencegah penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan dan sekaligus melakukan tindakan perbaikan apabila penyimpangan sudah terjadi dari apa yang sudah direncanakan.
            Dengan demikian kegiatan pengawasan mengusahakan agar pelaksanaan rencana sesuai dengan yang ditentukan. Oleh karena pengawasan dimaksudkan agar tujuan yang dicapai sesuai dengan atau tidak menyimpang dari rencana yang telah ditentukan, maka kegiatan pengawasan mengandung kegiatan pemberian bimbingan, petunjuk atau intruksi.
          2.1.3       Teknik-Teknik Pengawasan
Supaya pengawasan dapat dikerjakan dengan baik, maka dalam pelaksanaannya perlu diterapkan teknik-teknik pengawasan.
Menurut Siagian (2008:115) pada dasarnya proses pengawasan dilaksanakan oleh administrasi dan manajemen dengan mempergunakan dua teknik yaitu :
1.         Pengawasan langsung, dapat berbentuk :
a.         Inspeksi langsung
b.        Observasi di tempat (on-the-spot observation)
c.         Laporan di tempat (on-the spot-report)
2.         Pengawasan tidak langsung, dapat berbentuk :
a.         Laporan tertulis
b.        Laporan lisan
Teknik pengawasan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1.        Pengawasan langsung, pengawasan ini adalah pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah pada waktu kegiatan pekerjaan dilakukan oleh perusahaan. Pengawasan langsung dapat berbentuk :
a.         Inspeksi langsung yaitu pemerintah melakukan pengecekan secara langsung ke perusahaan.
b.         Observasi di tempat (on-the-spot observation) yaitu pemerintah melakukan pengamatan secara cermat pada perusahaan.
c.         Laporan di tempat (on-the-spot report) yaitu pemberian laporan dari perusahaan kepada pemerintah saat di lokasi produksi mengenai pelaksanaan pekerjaan dan permasalahan yang dihadapi.
Ada dua segi positif dari penggunaan observasi langsung sebagai teknik pengawasan. Pertama ialah bahwa pemerintah melihat sendiri pelaksanaan kegiatan-kegiatan operasional yang diselenggarakan oleh perusahaan. Dengan demikian pemerintah segera memperoleh masukan yang sangat penting baginya dalam usaha menentukan tindakan korektif yang tepat. Merupakan hal yang lumrah terjadi dalam organisasi bahwa pemerintah melakukan kunjungan mendadak dalam rangka observasi langsung baik atau tanpa memberitahukannya terlebih dahulu kepada orang-orang yang akan diamati itu.
Segi positif yang lain ialah yang bersifat psikologis dalam arti bahwa perusahaan merasa diperhatikan. Segi ini menjadi sangat penting karena dengan demikian pemerintah menempatkan manusia sebagai titik sentral dalam seluruh proses pengawasan yang manfaatnya akan jauh lebih besar dari semua teknik dan instrumen pengawasan yang paling mutakhir dan canggih sekalipun.
2.        Pengawasan tidak langsung, pengawasan ini adalah pengawasan jarak jauh melalui laporan yang disampaikan oleh pihak perusahaan. Laporan ini dapat berbentuk :
a.         Laporan tertulis, laporan yang disampaikan secara tertulis (dalam bentuk tulisan).
b.         Laporan lisan yaitu jenis laporan yang disampaikan secara lisan.
Adapun metode pengawasan yang dikemukakan oleh Handayaningrat (1996:147) adalah sebagai berikut :
1.        Pengawasan langsung, merupakan kegiatan pengawasan secara langsung sebagai tindakan perbaikan dan penyempurnaan terhadap kerja orang-orang yang diserahi tanggung jawab.
2.        Pengawasan tidak langsung, pengawasan dilakukan hanya melalui laporan-laporan tertulis saja.
3.        Pengawasan formal, pengawasan dilaksanakan secara formal berdasarkan aturan-aturan yang telah ditetapkan.
4.        Pengawasan informal, pengawasan dikerjakan secara pribadi tanpa melalui prosedur yang telah ditentukan. Pimpinan lebih bersifat terbuka terhadap masalah-masalah pegawai karena pengawasan ini bersifat pendekatan pribadi.
5.        Pengawasan administratif, pengawasan yang meliputi pengawasan keuangan, kepegawaian dan material.
6.        Pengawasan teknis, pengawasan fisik yang dinilai secara objektif dan bersifat langsung.
Pelaksanaan teknik-teknik pengawasan sangat penting, seperti yang diungkapkan oleh Siagian (2008:116) bahwa :
Pengawasan tidak akan dapat berjalan dengan baik apabila hanya bergantung kepada laporan saja. Karena itu pengawasan tidak langsung saja tidak cukup. Adalah kebijaksanaan apabila pimpinan organisasi menggabungkan teknik pengawasan langsung dan tidak langsung dalam melakukan fungsi pengawasan itu.
2.1.4 Pengertian Efektivitas
Efektivitas secara harfiah mengandung pengertian tercapainya suatu efek atau pengaruh pada suatu objek sebagai hasil dilaksanakan suatu tindakan-tindakan tertentu terhadap objek tersebut.
Dalam bidang administrasi/manajemen secara umum seringkali diartikan sebagai keadaan dimana tujuan atau sasaran-sasaran organisasi yang telah ditetapkan dapat tercapai.
              Mengenai pengertian efektivitas menurut Emerson yang dikutip Handayaningrat (1996:16) :
       Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Jelasnya bila sasaran atau tujuan telah sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya adalah efektif, jadi kalau tujuan atau sasaran itu tidak selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan pekerjaan itu tidak efektif.
Sedangkan menurut Bangun (2008:5) mengemukakan pengertian efektivitas adalah sebagai berikut :
              “Efektivitas merupakan suatu ukuran yang dilakukan organisasi dalam pencapaian tujuannya. Dikatakan efektif apabila terpenuhi target yang ingin dicapai baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.”
Hani Handoko (2003:7) memberikan pengertian efektivitas sebagai berikut :
              “Efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat/ peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”
Efektivitas menurut Siagian (1986:13)
              “Efektivitas adalah penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa suatu tugas itu dinilai baik tergantung bilamana tugas itu diselesaikan.”
Rosenzweig (1990:26) mengemukakan efektivitas sebagai “pencapaian sasaran yang eksplisit dan implicit sampai seberapa jauh tercapainya tujuan dalam bidang-bidang hasil yang terpenting.”
Sigit (1984:30-31) , mengemukan pendapatnya mengenai efektivitas sebagai berikut:
Efektivitas adalah suatu keadaan yang menggambarkan keadaan atau tingkat keberhasilan dalam usaha mencapai tujuan, sasaran, target atau maksud. Dikatakan efektif apabila usahanya itu 100% usahanya berhasil seperti telah direncanakan. Efektivitas ini menjawab dua pertanyaan:
 (1) apakah sasaran (goal) telah tercapai? dan (2) apakah sasaran itu tepat? Efektivitas itu tidak bersangkutan dengan biaya.”
Mc.Gill (1993:27) memberikan argumen tentang efeisiensi dan efektivitas
sebagai  berikut:
 Efisiensi dapat diukur dengan perbandingan antara masukan dan keluaran rumusan umum yang mengarahkan pemikiran dan efisiensi adalah “minimals”: masukan minimum dan keluaran maksimum. Efektivitas bukan suatu ukuran kuantitatif, seperti efisiensi, tetapi  lebih merupakan ukuran kualitatif. Efektivitas adalah suatu tingkat prestasi organisasidalam mencapai tujuan, artinya sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Efektivitas bagi sebagaian besar organisasi merupakan ukuran “maksimals”, memaksimumkan tujuan dan memaksimalkan pencapaian tujuan.
Efektifitas dapat diidentifikasi menjadi efektivitas individu, kelompok dan
organisasi. Efektivitas individu menekanka pelaksanaan tugas pekerja atau
anggota dari organisasi itu. Tugas-tugas yang harus dilaksanakan  adalah bagian dari pekerjaan atau posisi dalam organisasi. Para pemimpin secara rutin menaksir efektivitas individu melalui proses evaluasi prestasi. Efektivitas kelompok adalah jumlah sumbangan dari seluruh anggotanya, sedangkan efektivitas organisasi adalah fungsi individu dan kelompok. Efektivitas pengembangan kerajinan anyaman dapat dikategorikan efektivitas organisasi mengingat pengrajin  anyaman mengembangkan usaha industry melalui suatu organisasi baik berupa organisasi usaha industri kecil maupun menengah. Organisasi dapat memperoleh tingkat prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah prestasi masing-masing bagiannya. Prestasi yang diperoleh organisasi akan lebih tinggi dari pada prestasi individu karena prestasi organisasi merupakan hasil kerjasama antar individu dalam organisasi, sehingga hasil kerjasama itulah yang akan menimbulkan tingkat prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi individu.
Pandangan lain adalah efektivitas kelompok, dimana efektivitas kelompok dinyatakan sebagai jumlah kontribusi dari semua anggotanya. Dan pandangan ketiga adalah efektivitas organisasi. Menurut pandangan ketiga ini efektivitas organisasi terdiri dari efektivitas individu dan kelompok, lewat pengaruh sinergis (kerjasama), organisasi mampu mendapatkan hasil karya yang lebih tinggi lagi tingkatnya daripada jumlah hasil karya tiap-tiap bagiannya.
              Gibson (1994:27) “efektivitas individu tidaklah harus mendapat sebab dari efektivitas kelompok, begitu pula tidak dapat dikatakan bahwa efektivoitas kelompok adalah jumlah dari efektivitas individu”. Hubungan antara pandangan-pandangan tersebut berubah-ubah tergantung dari factor-faktor seperti jenis organisasi, pekerjaan yang dilaksanakan, dan teknologi yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan tersebut. Efektivitas organisasi difokuskan pada organisasi pemerintahan yaitu fungsi pengaturan (regulation) dan fungsi pelayaan (services).”
            Efektivitas organisasi pemerintah daerah merujuk pada kemampuan pemerintah daerah untuk mengatur dan melindungi masyarakat warganya agar senantiasa dalam keadaan aman dan tertib melalui pencapaian program-program kerja yang telah ditetapkan sebelumnya.
            Efektivitas diukur berdasarkan kemampuan organisasi mengamankan posisi tawar-menawar yang menguntungkan dalam lingkungan dan memanfaatkan posisi tersebut untuk memperoleh sumber daya yang langka dan berharga.
              Indrawidjaya (1998:225) mengemukakan bahwa “efektivitas organisasi selain ditentukan oleh besarnya keuntungan yang diperoleh juga ditentukan oleh efisensinya.”
     Efektivitas kerja berhubungan dengan aspek intern dan ekstren suatu organisasi yaitu selain adaptability, flexibility, productivity and satisfaction juga berhubungan dengan kemampuan menyesuaikan diri dengan tuntutan perinbahan sekitarnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Etzioni (dalam Indrawidjaja, 1998:227) yang mengatakan bahwa pengukuran efektivitas , yang diosebut system model, mengandung empat criteria, yaitu:
1.        Adaptasi yaitu kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan termasuk juga dalam proses pengadaan tenaga kerja.
2.        Integrasi yatiu pengukuran terhadap tingkat kemampuan organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan kosensus dan komunikasi dengan orang lain.
3.        Motivasi anggota yang menyangkut keterikatan dan hubungan antara organisasi dengan organisasi dan kelengkapan sarana bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi.
4.    Produksi yang menyangkut dan mutu keluaran organisasi serta intensitas kegiatan organisasi.
2.1.4.1       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas , seperti yang dikemukakan oleh Richard M. Steers dalam Handayiningrat(1990:22), yaitu :
1.    Karakteristik Organisasi
Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan teknologi organisasi yang dapat mempengaruhi segi-segi tertentu dari efektivitas dengan berbagai cara. Yang dimaksud struktur adalah hubungan yang relatif tepat sifatnya, seperti dijumpai dalam organisasi sehubungan dengan susunn sumber daya manusia struktur meliputi bagaimana cara organisasi menyusun orang-orang dalam menyelesaikan pekerjaan, sedangkan yang dimaksud teknologi adalah mekanisme suatu organisasi untuk mengubah masukan menjadi keluaran.
2.    Karakteristik Lingkungan
Lingkungan luar dan lingkungan dalam juga telah dinyatakan berpengaruh atas efektivitas, keberhasilan hubungan organisasi lingkungan tampaknya amat bergantung pada tingkat varibel kunci yaitu tingkat keterdugaan keadaan lingkungan, keteptan persepsi atas keadaan lingkungan, tingkat rasionalisme organisasi. Ketiga faktor ini mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi terhadap perubahan lingkungan.
3.    Karakteristik Pekerja
Pada kenyatannya para anggota organisasi merupakan faktor pengaruh yang paling penting karena perilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan memperlancar atau merintangi tercapainya tujuan organisasi. Pekerja merupakan sumber daya yang langsung berhubungan dengan pengelolaan semua sumber daya yang ada di dalam organisasi, oleh sebab itu perilaku pekerja sangat berpengaruh besar terhadap pencapaian tujuan organisasi. Pekerja merupakan modal utama di dalam organisasi yang akan berpengaruh besar terhadap efektivitas, karena walaupun teknologi yang digunakan merupakan teknologi yang canggih dan didukung oleh adanya struktur yang baik, namun tanpa adanya pekerja maka semua itu tidak ada gunanya.
4.    Karakteristik Kebijaksanaan dan Praktek Manajemen
Dengan makin rumitnya proses teknologi dan perkembangan lingkungan, maka peranan manajemen dalam mengkoordinasikan orang dan proses demi keberhasilan organisasi semakin sulit.
Dengan demikian maka efektivitas penanggulangan pencemaran lingkungan adalah suatu pelayanan (jasa) yang diberikan oleh pemerintah dalam hal ini Kantor Kecamatan Mangkubumi terhadap perusahaan pemotongan ayam dengan tepat waktu. Tercapainya efektivitas pelayanan yang diberikan oleh Kantor Kecamatan Mangkubumi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti perbedaan dalam menginterpretasikan tugas-tugas yang harus dilaksanakan, manajemen dan perilaku perusahaan dalam bekerja serta iklim kerja yang ada dalam organisasi perusahaan.
2.1.5 Pengaruh Pengawasan terhadap Efektivitas Penanggulangan
Setiap organisasi dalam proses pencapaian tujuannya mempunyai aturan-aturan tertentu yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui apakah perusahaan sudah melakukan tanggung jawab sosialnya dalam hal pencemaran lingkungan diperlukan adanya pengawasan.
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan efektif untuk mencegah/ mengetahui kesalahan, membetulkan kesalahan, meningkatkan prestasi kerja, menggali sistem-sistem kerja yang paling efektif, serta menciptakan internal kontrol yang terbaik dalam mendukung terwujudnya tujuan organisasi.
Adapun Siagian (2008:114) mengungkapkan bahwa :
     Pengawasan memainkan peranan yang sangat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan. Secara filosofis dapat dikatakan bahwa pengawasan itu mutlak perlu karena manusia bersifat salah, paling sedikit bersifat khilaf.
 Dengan waskat berarti pemerintah harus aktif dan langsung mengawasi kinerja perusahaan. Hal ini berarti pemerintah harus selalu melakukan pengawasan secara berkala kepada perusahaan untuk memberi petunjuk jika perusahaan mengalami kesulitan dalam hal melaksanakan proses produksinya.
Karena lemahnya pengawasan dari pemerintah langsung maka perusahaan juga tidak perlu melakukan ketentuan-ketentuan baik mengenai peraturan kedinasan ataupun mengikuti prosedur kerja secara baik dan benar. Akibat dari sikap yang demikian itu mengakibatkan proses kerja yang berorientasi pada ramah lingkungan menjadi lamban.
Segala bentuk penyimpangan harus diberantas dan dicegah, pelakunya harus ditindak sesuai dengan besar kecilnya penyimpangan yang ia lakukan.
Handayaningrat (1996:143)  menyatakan pengawasan dimaksudkan untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian, penyelewengan dan lainnya yang tidak sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan.
2.2         Kerangka Pemikiran
Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang akan dilakukan dan akan memberikan landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi masalahnya. Dari tinjauan pustaka di atas, maka penulis akan mengemukakan kerangka pemikiran yang berpegang pada pendapat para ahli yang mengemukakan pengawasan dan efektifitas.
Pengertian pengawasan menurut Siagian (2008:112) dinyatakan bahwa :
“Pengawasan ialah proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.”
Sedangkan pengertian efektivitas menurut Bangun (2008:5) mengemukakan pengertian efektivitas adalah sebagai berikut: “Efektivitas merupakan suatu ukuran yang dilakukan organisasi dalam pencapaian tujuannya. Dikatakan efektif apabila terpenuhi target yang ingin dicapai baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya”
              Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa dalam penelitian ini penulis berpedoman pada teori teknik-teknik pengawasan yang dikemukakan oleh Siagian dengan pertimbangan bahwa teori teknik-teknik pengawasan yang dikemukakan oleh Siagian bila dihubungkan dengan efektivitas yang dikemukakan oleh Hani Handoko menarik untuk dikaji lebih mendalam dan cocok dengan konteks penelitian. Secara skematis dapat dilihat dalam gambar berikut :
Gambar 1
Kerangka Pemikiran Penelitian







Pengawasan
(Siagian, 2008:112)
Teknik-Tenik Pengawasan:
Siagian (2008:115)
1.      Pengawasan Langsung
a.    Inspeksi langsung
b.    On-the-spot observation
c.    On-the-spot report
2.      Pengawasan Tidak Langsung
a.    Laporan tertulis
b.    Laporan lisan
 


Efektivitas
Bangun  (2008:5)
1.      Penyelesaian penanggulangan sesuai dengan yang telah ditetapkan
2.      Melakukan penanggulangan tepat sasaran
 






`
2.3         Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka penulis menetapkan hipotesis sebagai berikut :
“Terdapat pengaruh  pengawasan terhadap efektivitas penanggulangan pencemaran lingkungan hidup pada kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya.”
Selanjutnya penulis juga mengajukan hipotesis statistik karena dalam penelitian yang dilaksanakan oleh penulis menggunakan sampel. Adapun hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut :
Hipotesis nol (H0) = rs≤ 0, berarti tidak terdapat pengaruh yang positif  pengawasan terhadap efektivitas penanggulangan pencemaran lingkungan hidup pada kantor KPLH  Kota Tasikmalaya.
Hipotesis alternatif (Ha) = rs>0, berarti terdapat pengaruh  pengawasan terhadap efektivitas penanggulangan pencemaran lingkungan hidup pada kantor KPLH Kota Tasikmalaya.
Untuk menguji hipotesis tersebut maka dilakukan uji pihak kanan karena menurut Sugiyono (2008:189) “Uji pihak kanan digunakan apabila hipotesis nol berbunyi “lebih kecil atau sama dengan” (≤)  dan hipotesis alternatif berbunyi “lebih besar” (>).” yang digambarkan dalam kurva berikut ini :
Gambar 2
Kurva daerah penolakan H0



 
 
 
 
 
 
 
 BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1         Objek Penelitian
Adapun objek  penelitian ini adalah Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya yang beralamat di Jalan Noeneng Tisnasaputra Bale Wiwitan  (0265) 371606 Kota Tasikmalaya 46131. Jumlah pegawai yang ada di KPLH Kota Tasikmalaya adalah sebanyak 22 orang yang terdiri dari 15 orang Pegawai Negeri Sipil dan 7 orang merupakan Tenaga Kerja Kontrak dan honorer.
3.2         Metode (Desain) Penelitian
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksplanasi (explanatory research) sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2008:11) sebagai berikut : “Penelitian menurut tingkat eksplanasi adalah penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain.”
Metode eksplanasi yang dipergunakan penulis adalah metode penelitian asositif/hubungan sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2008:11) sebagai berikut :
     Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dua variabel atau lebih. Penelitian ini mempunyai tingkatan yang tertinggi bila dibandingkan dengan penelitian deskriptif dan komparatif. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.
Kemudian menurut metode ini untuk menguji hipotesis digunakan statistik inferensial. Menurut Sugiyono (2008:170), “Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.”
3.3         Operasionalisasi Variabel
Menurut Hatch dan Farhady dalam Sugiyono (2008:38), “Variabel dapat didefinisikan sebagai atribut sesorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antra satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dirumuskan disini bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau suatu sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
Pengoperasionalisasian variabel ini dilakukan untuk memudahkan penelitian, karena variabel-variabelnya masih bersifat umum dan belum spesifik. Operasionalisasi variabel ini dilakukan dengan cara menguraikan variabel menjadi sub variabel. Diuraikan kembali menjadi dimensi, diuraikan kembali menjadi indikator dan selanjutnya diuraikan lagi menjadi item pertanyaan, sehingga variabel tersebut menjadi lebih spesifik. Dibawah ini operasionalisasi variabelnya:
TABEL 1.2
TABEL OPERASIONALISASI VARIABEL
VARIABEL
DIMENSI
INDIKATOR
Pengawasan Siagian (2008:112)
Pengawasan ialah proses pengamatan yang dilakukan oleh Kepala KPLH terhadap Perusahaan dalam melaksanakan tugas-tugas yang dilaksanakansehingga pelaksanaan penanggulangan sesuai dengan rencana dan aturan.
Teknik-Teknik Pengawasan Siagian (2008:115)
1.      Pengawasan Langsung
1.1  Inspeksi langsung
a    Melakukan pemeriksaan secara langsung terhadap pelaksanaan kegiatan penanggulangan pencemaran lingkungan hidup akibat Limbah.
b.    menilai hasil kerja pegawai dan perusahaan yang melakukan penanggulanga secara langsung
c.    memberikan perbaikan bila terjadi kesalahan
d. melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan penanggulangan pencemaran lingkungan Hidup
1.2  Observasi di tempat
1.3  Laporan di tempat
a.  melakukan pengamatan terhadap keadaan sarana dan prasarana yang digunakan pada Perusahaaan.
b.   Meminta penjelasan             mengenai pelaksanaan kegiatan penanggulangan pencemaran
c.    bertukar pikiran (diskusi) dengan pegawai
ditempat terkait daerah aliran sungai yang tercemari?
a.    memeriksa laporan mengenai keadaan sarana dan prasarana yang di gunakan untuk melakukan penaggulangan
2.   Pengawasan Tidak Langsung
2.1  Laporan tertulis
2.2 Laporan lisan
a.    memberikan tanggapan terhadap laporan tertulis fasilitas yang ada di lapangan
b.    meminta laporan lisan mengenai keadaan lingkungan yang tercemari limbah
a.    memberikan tanggapan secara lisan terhadap fasilitas masyarakat yang tercemari limbah
Efektivitas (Bangun 2008:5)
Efektivitas Adalah suatu ukuran yang dilakukan organisasi dalam pencapaian tujuannya. Dikatakan efektif apabila terpenuhi target yang ingin dicapai baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.
a.  Perusahaan dapat menyelesaikan pekerjaan penanggulangan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan
b. Perusahaan  tepat sasaran dalam melakasanakan kegiatan penanggulangan pencemaran lingkungan hidup
3.4         Teknik Penentuan Responden
3.4.1   Populasi Peneliti
Adapun teknik untuk pengambilan populasi dan sampel di Kantor pengendalian Lingkunga Hidup Kota Tasikmalaya menurut Sugiyono (2008:90) adalah sebagai berikut :
     Populasi adalah wilaya h generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Jumlah populasi yang ada di Kantor pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya adalah 22 orang termasuk seorang Kepala, dan semuanya dinyatakan terlibat didalamnya terlibat dalam kegiatan penganbilan sampel, dan populasi itu terdiri dari beberapa pegawai seks seksi berikut dengan kepala adalah:
Tabel 1.3  Jumlah pegawai KPLH Berdasarkan jabatan
NO
JABATAN
JUMLAH
1
2
3
4
5
6
Kepala                        
SUB Bagian Tata Usaha
Seksi AMDAL           
Seksi pengkajian Teknologi Lingkungan
Seksi pengendalian dan PLH
Kelompok Fungsional
1
1
4
4
4
4
Jumlah Total
22
            Sumber: KPLH Kota Tasikmalaya
3.4.2   Teknik Sampling
              Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh penulis adalah teknik Sensus atau teknik Sampeling jenuh sebagaimana pendapat Sugiyono (2008:93) Adalah Penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, bisa di simpulkan bahwa banyaknya Sampel terdiri dari banyaknya populasi.
3.5         Teknik Pengumpulan Data
Teknik  pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1.        Studi Kepustakaan, yaitu suatu usaha pengumpulan bahan untuk memperkuat data yang diperoleh dari penelitia
2.        Studi  lapangan dengan cara mempelajari buku-buku dan bahan-bahan lainnya yang berkaitan dengan koordinasi dan kinerja pegawai.
3.        Studi Lapangan, yaitu pengumpulan data dengan terjun ke lapangan yang dilakukan dengan cara :
a.    Observasi, ialah teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan langsung ke lokasi penelitian di Kantor PLH Kota Tasikmalaya dan perusahaan suka hati.
b.    Wawancara, ialah teknik pengumpulan data dengan cara meminta penjelasan langsung yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti. Dalam teknik ini, pewaw ancara akan menggunakan wawancara bebas terpimpin, dimana pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya proses wawancara berjalan  mengikuti situasi yang berlangsung pada saat itu. Pedoman wawancara berfungsi sebagai pengendali agar proses wawancara tidak kehilangan arah, yang diwawancara adalah Kepala Kantor dan Pimpinan Perusahaan sebagai pembanding.
c.    Angket, ialah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis kepada responden dan selanjutnya responden memberikan jawaban dengan memilih jawaban yang telah disediakan.
3.6         Pendekatan Kuantitatif
Jenis pertanyaan di dalam angket yang digunakan penulis adalah kalimat pertanyaan tertutup disertai dengan alternatif jawaban. Jawaban setiap item pertanyaan mempunyai gradasi positif sampai negatif atau yang disebut dengan skala Likert, dimana setiap pertanyaan disertai 5 kategori pilihan jawaban sebagai berikut :
a.         Sangat setuju diberi skor              5
b.        Setuju diberi skor                         4
c.         Kurang Setuju diberi skor            3
d.        Tidak setuju diberi skor               2
e.         Sangat tidak setuju diberi skor    1
Penggunaan skala Likert ini didasarkan pada pendapat Sugiyono (2008:107) bahwa :
     Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Perlu diketahui bahwa angket yang telah disusun terlebih dahulu dilakukan uji instrumen dalam rangka menentukan validitas dan reliabilitas alat ukur tersebut. Validitas dan reliabilitas tersebut menurut Sugiyono (2008:137) adalah sebagai berikut :
     Validitas adalah tingkatan dimana suatu instrumen untuk mengukur apa yang hendak diukur. Reliabilitas adalah tingkatan dimana instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.
Untuk menguji validitas dilakukan dengan teknis analisis korelasi dari skor item dari masing-masing item skor total.
Sedangkan untuk mengukur reliabilitasnya digunakan metode split-half genap-ganjil yang dianalisis dengan metode Spearman-Brown yang dikemukakan oleh Sugiyono (2008:149) yaitu :
 =
ri       =   reliabilitas internal seluruh instrumen
rb      =   korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua
Mengenai teknis untuk pengukuran validitas dan reliabilitas instrumen ini, penulis menggunakan analisis komputer dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 11.0 for window.
Kemudian kriteria uji validitas merujuk pada pendapat Masrun dalam Sugiyono (2008:152) yaitu “syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.” Jadi, kalau korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.
Dalam identifikasi masalah dan hipotesis penelitian ada hal yang harus diteliti dan dibahas yaitu, “apakah terdapat pengaruh yang positif  Pengawasan terhadap Efektivitas Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup Pada Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya, ?”
Untuk pembahasan masalah tersebut di atas, data yang diperoleh akan diolah dan dianalisa sebagai berikut :
a.         Data hasil angket/kuesioner ditabulasikan sebagai berikut :
Tabel 1.4
Tabulasi Data
No. Responden
No Item Pertanyaan
1
1
2
3
4
5
6
x
Y
2
3
4
22
b.        Dari data di atas, penulis melihat pada hasil uji validitas dan reliabilitas.
c.         Kemudian dari data yang valid, hasil angket ditampilkan dengan membuat tabel frekuensi, dimana alternatif jawaban pertanyaannya menggunakan skala Likert yang mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan negatif, sebagai berikut :                          Tabel 1.7
Tabel Frekuensi
Alternatif Jawaban
Frekuensi
%
Sangat setuju
Setuju
Kurang stuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
Jumlah
21
100
d.        Selain hasil angket yang telah dibuat dalam tabel frekuensi, penulis mencoba menggabungkan data tersebut dengan hasil wawancara dan observasi sebagai bahan dasar untuk membuat kesimpulan dari setiap pertanyaan/indikator yang ditanyakan kepada responden.
Selanjutnya untuk menganalisa pengaruh variabel Pengawasan (X) terhadap variabel Efektivitas Pelayanan (Y), penulis menggunakan rumus Rank Spearman. Adapun secara manual rumus Rank Spearman adalah sebagai berikut :
Keterangan :
rs                   =      Koefisien Korelasi Rank Spearman
di                  =      Selisih mutlak antara rs pada variabel x dengan rs pada variabel y
n               =     banyaknya data
1 dan 6     =     ketetapan rumus Rank Spearman
Untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi, maka dapat digunakan pedoman yang dikemukakan oleh Sugiyono (2008:214) sebagai berikut :
Tabel 1.8
Pedoman Interpretasi Interval Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
Tingkat Pengaruh
0,00 – 0,199
Sangat rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1.000
Sangat kuat
Kemudian untuk mengetahui besarnya pengaruh Pengawasan terhadap efektivitas penanggulangan pencemaran, maka mengacu pada rumus Sugiyono (2008:117) :
KD = rs x 100%
Keterangan :
KD      =     Koefisien Determinasi
rs         =     Koefisien Korelasi Rank Spearman
3.7         Tempat dan Jadwal Penelitian
3.7.1 Tempat Penelitian
Adapun tempat penelitian dilaksanakan di Di Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya  di jalan Noneng tisna saputra bale wiwitan Kota Tasikmalaya dan perusahaan pemotongan ayam Suka Hati Group Jalan Sambong Pari PLN Kecamatan Mangkubumi Kota tasikmalaya telpon (0265) 331606 Tasikmalaya 46131
   3.7.2    Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 6 Bulan, yaitu dari Bulan Nopember 2011 sampai dengan April 2012 dengan rincian sebagai berikut :
a.         Bulan Nopember 2011
-       Studi Kepustakaan
-       Penjajagan awal dan observasi
b.        Bulan Desemb Januari  2011-2012
-       Pengurusan surat izin
-       Penyusunan draft usulan penelitian
c.         Bulan Januari – Februari 2012
-       Penyusunan draft usulan penelitian
-       Bimbingan usulan penelitian
d.        Bulan Februari 2012
-       Seminar usulan penelitian
e.         Bulan Maret April
-       Bimbingan Skripsi
f.         Bulan Mei
-       Sidang Skripsi

BAB V SKRIPSI DANDAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari pembahasan mengenai pengaruh pengawasan kepala kantor terhadap Efektivitas Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup(Pencemaran Daerah Aliran Sungai Dikelurahan Sambong Jaya) Pada Kantor Pengendalian Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya, dapat penulis simpulkan sebagai berikut: 1. Bahwa pengawasan belum dilaksanakan Kepala Kantor dengan maksimal. Hal ini dikarenakan masih terdapat indikator pengawasan yang belum dilaksanakan dengan baik, bila di simpulkan bahwa lebih dari 50% berdasarkan Hasil Penelitian menunjukan kurang setuju bahwa kepala kantor melakukan pengawasan sesuai dengan teknik-teknik Pengawasan, sehingga masih perlu adanya optimalisasi terutama dalam hal observasi di tempat seperti mengamati cara kerja pegawai dan pengamatan mengenai ketaatan pegawai terhadap peraturan di Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya. 2. Bahwa Efektivitas Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup(Pencemaran Daerah Aliran Sungai) Belum terlaksana secara efektif . Hal ini dikarenakan masih terdapat indikator Efektivitas Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup(Pencemaran Daerah Aliran Sungai) yang belum dilaksanakan `dengan baik, terutama mengenai penyelesaian penanggulangan yang belum sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan 66% menjawab berdasarkan hasil angket kurang setuju.. 3. Dari hasil pembahasan mengenai pengaruh pengawasan kepala terhadap Efektivitas Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup(Pencemaran Daerah Aliran Sungai)Pada Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya, baik dari hasil observasi, wawancara dan penyebaran angket dapat diperoleh keterangan bahwa pengawasan belum dilaksanakan kepala kantor secara optimal sehingga Bahwa Efektivitas Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup(Pencemaran Daerah Aliran Sungai) Belum terlaksana secara efektif Sehingga belum menunjukan perubahan terhadap lingkungan yang tercenari.. Dengan demikian berdasarkan penelitian yang penulis laksanakan menjawab hipotesis dalam Bab 1, yaitu terdapat pengaruh yang positif pengawasan terhadap Efektivitas Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup(Pencemaran Daerah Aliran Sungai)Pada Kantor Pengendalian Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya, dapat dibuktikan kebenarannya. 5.2 Saran 1. Kepala kantor diharapkan untuk lebih memperhatikan kegiatan Penanggulangan Pencemaran lingkungan dengan melakukan pengawasan secara langsung sehingga perusahaan lebih terkontrol untuk bekerja lebih baik. 2. kepala kantor hendaknya lebih tegas terhadap perusahaan yang nakal agar selalu menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu,dan sesuai dengan aturan yang berlaku. sehingga dapat menjadi conto satu perusahaan terhadap perusahaan yang lain dalam melaksanakan tanggungjawabnya.serta Kantor Pengendalian Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya dapat berjalan dengan lancer. 3 Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Segera Membuat rancangan Praturan daerah yang lebih tersepesifik yang mengatur tentang pengelolaan lingkungan Hidup, Karena Kota Tasikmalaya belum Memiliki Perda Yang lebih khusus mengatur Tentang Lingkungan Hidup. 4. Berikan Sangsi Yang teghas Kepada Pihak Ketiga yang nakal Agar Tidak ada Perusahaan yang meninggalkan Kewajibanya. Demikian kesimpulan dan saran dari penulis, mudah-mudahan dapat menjadi suatu masukan yang berguna bagi kelangsungan kegiatan di Kantor Pengendalian Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya. ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Pengaruh Pengawasan Terhadap Efektivitas Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup Pada Kantor Pengendalian Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya(Pencemaran Daerah Aliran Sungai Di Kelurahan Sambong Jaya)”, Berdasarkan hasil penelitianpenulis di Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya menunjukan bahwa Efektivitas Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup Pada Kantor Pengendalian Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya(Pencemaran Daerah Aliran Sungai Di Kelurahan Sambong Jaya)”,memperlihatkan beberapa masalah yang diduga karena kurangnya pengawasan. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis mengidentifikasi masalah, yaitu: “Adakah pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Pengendalian Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya?” Selanjutnya disusun tujuan dan kegunaan penelitian serta anggapan dasar menurut para ahli sebagai landasarn teori yang mendukung untuk membantu pembahasan dalam pemecahan masalah yang telah diidentifikasi di muka. Dengan bertolak dari anggapan dasar, penulis mengajukan hipotesis: “Terdapat pengaruh positif pengawasan kepala terhadap Efektivitas Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup Pada Kantor Pengendalian Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya(Pencemaran Daerah Aliran Sungai Di Kelurahan Sambong Jaya)”,Pada Kantor Pengendalian Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya”, Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksplamasi, dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut: studi kepustakaan dan studi lapangan yang terdiri dari observasi, wawancara dan angket. Untuk pembahasan masalah, data yang diperoleh akan diolah dan dianalisa dengan menggunakan Program SPSS Versi 16,0. Dari hasil pembahasan mengenai Adakah pengaruh pengawasan kepala kantor terhadap Efektivitas Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup Pada Kantor Pengendalian Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya(Pencemaran Daerah Aliran Sungai Di Kelurahan Sambong Jaya)”,Pada Kantor Pengendalian Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya, baik dari hasil observasi, wawancara dan penyebaran angket dapat diperoleh keterangan bahwa pengawasan bahwa dilaksanakan kepala kantor secara optimal sehingga Efektivitas Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup Pada Kantor Pengendalian Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya(Pencemaran Daerah Aliran Sungai Di Kelurahan Sambong Jaya)”, belum meningkat. Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa terdapat pengaruh positif pengaruh pengawasan kepala kantor terhadap Efektivitas Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup Pada Kantor Pengendalian Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya(Pencemaran Daerah Aliran Sungai Di Kelurahan Sambong Jaya)”,Pada Kantor Pengendalian Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya. Artinya hipotesis:”terdapat Pengaruh Positif pengawasan terhadap Efektivitas penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup (Pencemaran Daerah Aliran Sungai di Kelurahan Sambong Jaya)Pada Kantor Pengendalian Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya” dapat diuji dan diterima kebenaranny 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar