PROf. DR. H. DHANDAN EL-HARYONO, S. Sos. MSi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Penelitian
Setiap masyarakat mempunyai kewajiban untuk menjaga kelestarian
lingkungan, baik itu yang berkaitan dengan alam ataupun dari kegiatan aktivitas
perusahaan semua itu dilakukan tidak semata mata haya untuk kelestarian
lingkungan tetapi untuk keberlangsungan kehidupan manusia agar terhindar dari
kerusakan alam dan tidak menimbulkan efek yang negatif berupa penyakit dan
kerugian lain.
Pendirian sebuah perusahaan yang sekalanya lumayan besar yang bersentuhan
dengan masyarakat dalam kegiatanya, maka dalam Peraturan Walikota NO Tahun 2008
Tentang Pendirian perusahaan yang menghasilkan limbah, di kemuka kan bahwa setiap
orang yang mendirikan perusahaan harus lolos administratif namun sebelum
melalui proses perijinan harus melalui UPL(Usaha Pengelolaan Limbah) dan UKL
sebelum melalui proses AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) setelah
dinyatakan selesai dan lolos Administrasi UPL dan UKL baru melalu Proses AMDAL
Setelah itu baru keluar proses perijinan dan dinyatakan Legal dalam melakukan
kegitanya, Namun Terkadang proses AMDAL banyak yang disepelekan bahkan tidak
sedikit yang direkayasa sehingga yang menanggung akibatnya adalah masyarakat
setempat.
Dalam peraturan Walikota No.9 tahun 2009 Tentang pengelolaan limbah yang
dihasillkan oleh perusahaan, dikatakan bahwa setiap perusahaan yang
menghasilkan limbah harus diolah dan dipisahkan terlebih dahulu sebelum di
buang, dan pembuangan limbah tidak boleh merugikan orang banyak terutama
merugikan dan mengganggu aktivitas
masyarakat apalagi hingga merugikan hajat orang banyak.
Namun peraturan tersebut
tidak diaplikasikan oleh semua perusahaan terutama oleh perusahaan pemotong
ayam Suka Hati Group, contohnya saja di Kampung Sambong Jaya Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya,
yang mana di daerah tersebut terdapat perusahaan penyuplai daging ayam yang dipotong
oleh perusahaan Suka hati Group yang terdiri dari perusahaan Suka Hati, Cahaya
Jaya dan Mekar Jaya. Perusahaan tersebut setiap hari nya memotong lebih dari lima
ribu ayam yang di suplai ke berbagi tempat diantaranya ke daerah Priangan Timur
meliputi Garut, Tasikmalaya Ciamis dan Banjar. Ayam-ayam tersebut pun disuplai
ke berbagai rumah makan yang berada di Kota dan Kabupaten Tasikmalaya.
Kegiatan pemotongan ayam yang dilakukan
perusahaan tersebut berdampak terhadap pencemaran lingkungan terutama
pencemaran pada aliran sungai karena limbah langsung dibuang ke sungai tanpa
didaur ulang terlebih dahulu. Hal ini berdampak pula pada kualitas air yang
tidak dapat di pergunakan untuk keperluan masyarakat, karena limbah yang di
hasilkan mengalir pada daerah aliran sungai yang berada di kampung Sambong Jaya
tempat dimana perusahaan itu berdiri.
Dampak dari pencemaran
air ini dirasakan langsung oleh masyarakat yang tinggal di sekitar aliran Sungai
Cikuten yang dialiri air tersebut, Kondisi demikian diakibatkan oleh limbah
daging ayam yang dihasilkan pabrik pemotongan ayam Suka Hati.
Terlebih sekarang ini perkembangan pabrik
pemotongan ayam ini sangatlah pesat sehingga jumlah ayam yang di potong pun
meningkat signifikan dari tahun ke tahun, terutama dari tahun 2009 hingga tahun
2011, perkembangan perusahaan ini disebabkan banyaknya berdiri perusahaan rumah
makan dan penjual fried chicken, yang
berefek pada banyaknya jumlah permintaan, sehingga semakin banyak permintaan
semakin banyak pula ayam yang di potong setiap hari nya, maka semakin banyak
pula limbah yang di hasilkan oleh perusahaan tersebut.
Akan tetapi ada hal yang
sangat ironis seiring dengan pesatnya perusahaan tersebut yakni semakin tidak
efektifnya penanggulangan pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan
tersebut, padahal penanggulangan adalah suatu kewajiban yang mesti dilakukan oleh
perusahaan yang bersangkutan karena berefek pada hajat masyarakat terutama penanggulangan
terhadap air yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat.
Tabel
1.1 Banyaknya Ayam Yang Di Potong Setiap Harinya Dari Tahun 2009-2011
NO
|
Tahun
|
Rata-rata
Per Hari
|
Rata-rata
Pertahun
|
Jumlah
|
1
|
2009
|
5000 Potong
|
1.800.000
Potong
|
1.800.000 Potong
|
2
|
2010
|
5500 potong
|
1.980.000
Potong
|
1.980.000 Potong
|
3
|
2011
|
6000 Potong
|
2.160.000
Potong
|
2.160.000 Potong
|
Sumber: Perusahaan Suka Hati Group
2011
Kebiasaan membuang
limbah yang sembarang yang tak teratur
sudah menjadi hal yang lumrah seperti itulah kenyataan yang terjadi di
lapangan semakin banyak ayam yang di potong tersebut maka semakin banyak pula limbah yang di
hasilkan dan memerlukan pengelolaan limbah yang baik dan benar sehingga tidak
menyebab kan pencemaran terhadap air yang mengalir di sungai Cikunten yang
dampaknya akan dirasakan oleh masyarakat seperti air yang berwarna merah, dan
bercampur darah dan sisa sisa kotoran ayam yang di bersihkan, selain itu juga
yang dirasakan oleh masyarakat setempat akibat dari menggunakan air tersebut
yang menyebabkan gatal-gatal alergi serta penyakit kulit lainnya. Hal ini juga
berdampak pada lingkungan yaitu pada kolam-kolam milik masyarakat yang teracuni
oleh limbah tersebut.
Fenomena diatas diduga akibat tidak ada pemeriksaan
rutin yang dilakukan oleh KPLH Terhadap perusahaan pemotongan ayam di Kelurahan
Sambong Jaya, jarang ada petugas yang secara langsung melakukan pemantauan
mengenai penanggulangan serta kegiatan pembuangan limbah perusahaan sehingga
perusahaan lalai dan tidak memperhatikan pengelolaan limbah yang baik dan
benar.
Selain itu, mestinya pemerintah setempat mengetahui apa yang dirasakan dan
yang menjadi keluhan masyarakat bahwa sungai yang tadinya berair bersih kini
tidak terpelihara karena dipenuhi oleh sampah yang susah di daur ulang serta
bercampur dengan kotoran yang berasal dari limbah pabrik pemotongan ayam Suka
Hati yang di buang tanpa dikelola terlebih dahulu kemudian di tambah dengan
sisa kotoran rumah tangga yang dibuang dari spiteng langsung ke sungai akibatnya
terjadi pencemaran yang dampaknya dirasakan oleh masyarakat itu sendiri yang
berakibat pada kesehatan serta kelestarian dan pembangunan berkelanjutan
berwawasan lingkungan dan efektivitas penanggulangan pencemaran lingkungan
belum tercapai, dengan gejala- gejala
sebagai berikut :
1. Penanggulangan
pencemaran tidak berhasil .
Contohnya: Di kampung Sambong Jaya Kelurahan Sambong Jaya daerah aliran sungainya masih tercemari limbah yang
di hasilkan pabrik pemotongan ayam.
2.
Penanggulangan pencemaran
kerusakan lingkungan hidup tidak memuaskan masyarakat .
Contohnya: Di kampung Sambong Jaya
Kelurahan Sambong Jaya, masyarakat tidak merasakan air bersih yang mengalir di sungai
untuk dijadikan sebagai bahan kebutuhan rumah tangga serta masih dirasakan
efeknya terhadap kesehatan masyarakat.
Begitu pula belum tercapainya efektifitas
penanggulangan pencemaran lingkungan hidup di Kampung Sambong Jaya Kelurahan
Sambong Jaya Kota Tasikmalaya, diduga diakibatkan oleh lemahnya pengawasan,
dengan gejala-gejala lain sebagai berikut :
1.
Kepala tidak melakukan pemantauan langsung
Contohnya: Kepala tidak melihat secara langsung serta
tidak ada pejabat khusus yang berwenang melakukan pemantauan langsung ke lapangan dan melakukan
penanggulangan.
2.
Kepala tidak melakukan tindakan korektif
Contonya: Kepala
tidak memeriksa hasil laporan penanggulangan pencemaran lingkungan yang telah
dilaksanakan di kampung Sambon Jaya Kelurahan Sambong Jaya terkait penaggulangan daerah aliran
sungai.
Berdasarkan latar belakang di
atas, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian di Kota Tasikmalaya dan
menuangkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengawasan Terhadap Efektivitas Penanggulangan Pencemaran
Lingkungan Hidup Pada Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya (Pencemaran
Daerah Aliran Sungai Di Kelurahan Sambong Jaya)”
1.2 Research
Question
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka penulis menentukan
Research Question sebagai berikut:
“Adakah Pengaruh Pengawasan Terhadap Efektivitas Penanggulangan
Pencemaran Lingkungan Hidup Pada Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kota
Tasikmalaya (Pencemaran Daerah Aliran Sungai Di Kelurahan Sambong Jaya)?
1.3 Maksud
dan Tujuan Penelitian
1.3.1
Maksud penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui gambaran mengenai
Pengaruh Pengawasan Terhadap Efektivitas Penanggulangan Pencemaran Lingkungan
Hidup Pada Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya (Pencemaran
Daerah Aliran Sungai Di Sambong Jaya)
1.3.2
Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang dilakukan peneliti adalah
Mengetahui gambaran mengenai Pengaruh Pengawasan Terhadap Efektivitas
Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup Pada Kantor Pengendalian Lingkungan
Hidup Kota Tasikmalaya (Pencemaran Daerah Aliran Sungai Di Sambong Jaya)
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Guna menambah pengetahuan dan pengalaman penulis baik
secara teoritis mapun secara praktis mengenai pengawasan dan efektivitas
penanggulngan pencemaran Lingkungan Hidup Pada Kantor Pengendalian Lingkungan
Hidup Kota Tasikmalaya (pencemaran daerah aliran sungai di Sambong Jaya)
2.
Guna memberikan sumbangan pemikiran penulis bagi Kantor
Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya dan Kampung Sambong Jaya
Kelurahan Sambong Jaya Kota Tasikmalaya terutama dalam hal pengawasan dan
efektivitas penanggulangan pencemaran lingkungan hidupdan menambah bahan
kepustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) YPPT Priangan Timur
Tasikmalaya, khususnya pada kajian pengawasan dan efektivitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
2.1 Tinjauan
Pustaka
2.1.1 Pengawasan Sebagai Fungsi Manajemen
Dalam usaha pencapaian tujuan organisasi, kita tidak akan terlepas dari
proses manajemen. Manajemen merupakan usaha pencapaian tujuan organisasi dengan
menggunakan keahlian orang lain. Dalam proses manajemen didukung oleh sejumlah
orang yang akan melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan bidang dan
tugasnya masing-masing untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Siagian dalam Silalahi (2003:137)
“Manajemen dapat didefinisikan sebagai kemampuan atau keterampilan untuk
memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui
kegiatan-kegiatan orang lain.”
Sedangkan
Terry dalam Hasibuan (1990:3) mengatakan bahwa :
Manajemen merupakan suatu proses yang khas yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan pengendalian
yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.
Dari beberapa pengertian manajemen yang dikemukakan oleh para ahli,
menunjukkan bahwa dalam manajemen terdapat kegiatan-kegiatan yang terdiri dari
beberapa bagian kegiatan yang merupakan
bagian dari suatu proses manajemen. Mencapai tujuan itu sendiri dilakukan
melalui kegiatan orang lain dan menggunakan Berbagai sumber daya yang ada dalam
organisasi.
Agar pencapaian tujuan tersebut berhasil guna dan berdaya guna, maka
pencapaian tujuan tersebut dilaksanakan melalui fungsi manajemen. Adapun
fungsi-fungsi manajemen sebagaimana dirumuskan oleh para ahli
administrasi/manajemen antara lain sebagai berikut :
1.
Terry dalam Handayaningrat (1996:25), memberikan empat
fungsi fundamental daripada manajemen, dan fungsi ini lebih umum dikenal dan
dipergunakan, yakni :
1)
Planning
(Perencanaan)
2)
Organizing
(Pengorganisasian)
3)
Actuating
(Penggerakkan)
4)
Controlling
(Pengawasan)
2.
Mc. Farland juga dalam Handayaningrat (1996:21),
mengemukakan fungsi manajemen yang terbagi ke dalam 3 fungsi :
1)
Perencanaan (Planning)
2)
Pengorganisasian (Organizing)
3)
Pengawasan (Controlling)
3.
Koontz dan O’Donnell memberikan fungsi manajemen yaitu
:
1)
Perencanaan (Planning)
2)
Pengorganisasian (Organizing)
3)
Penyusunan Pegawai (Staffing)
4)
Pembinaan Kerja (Directing)
5)
Pengawasan (Controlling)
Ketiga pendapat di atas
mengungkapkan bahwa pengawasan ialah bagian dari fungsi manajemen dengan
pelaksanaannya akan diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam
organisasi juga supaya mempermudah pencapaian tujuan organisasi.
2.1.2 Pengertian Pengawasan
Setiap organisasi
didirikan dengan maksud tertentu, dapat bermaksud mencari laba, untuk
kesejahteraan masyarakat dan sebagainya. Untuk pencapaian tujuan tersebut
diperlukan suatu sistem manajemen yang dapat mengatur seluruh kegiatan
organisasi supaya kegiatan tersebut berjalan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Sistem manajemen tersebut memiliki beberapa fungsi, salah satu
fungsi manajemen yang sangat penting ialah pengawasan.
Dalam prosesnya
pemerintah memeriksa secara langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang dikerjakan
perusahaan yang berada di wilayahnya kemudian apabila terdapat kesalahan, maka
pemerintah dapat memberikan koreksi untuk diperbaiki sehingga penyimpangan yang
ada dapat dicegah atau diminimalkan.
Siagian (2008:112)
memberikan penjelasan mengenai pengawasan sebagai berikut :
“Pengawasan ialah proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan
organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan
sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.”
Selanjutnya menurut Terry dalam
Brantas (2009:189) :
Pengawasan
dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu
standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan
apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan
rencana yaitu selaras dengan standar.
Artinya
pengawasan haruslah ada sebuah ketetapan yang menjadi standar kebenaran yang
sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya teknis dan konsep
Kemudian LAN RI (1996:159) mengemukakan bahwa :
Pengawasan
adalah salah satu fungsi organik manajemen, yang merupakan proses kegiatan
pimpinan untuk memastikan dan menjamin bahwa tujuan dan sasaran serta
tugas-tugas organisasi akan dan telah terlaksana dengan baik sesuai dngan
rencana, kebijaksanaan, intruksi dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan
dan yang berlaku.
Berdasarkan
pendapat-pendapat diatas mengenai pengawasan, maka dapat disimpulkan bahwa
pengwasan sebagai salah satu fungsi manajemen yang memberikan penilaian dan
memberikan perbaikan sehingga menjamin bahwa tujuan akan terlaksana dengan
baik.
Seperti
dalam LAN RI (1996:159) bahwa :
Hakikat
pengawasan adalah untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan, pemborosan,
penyelewengan, hambatan, kesalahan dan kegagalan dalam pencapaian tujuan dan
sasaran serta pelaksanaan tugas-tugas organisasi.
Adapun
tujuan daripada pengawasan menurut Handayaningrat (1996:143)
“pengawasan
bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna
(efisien) dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya.”
Kemudian
Henry Fayol dalam Sarwoto (1988:95) mengemukakan bahwa pengawasan bertujuan
menunjukkan atau menemukan kelemahan-kelemahan agar dapat diperbaiki dan
mencegah berulangnya kelemahan-kelemahan itu.
Supaya
fungsi pengawasan itu mendatangkan hasil yang diharapkan, maka Siagian
(1996:176) mengemukakan ciri-ciri pengawasan yang efektif, yaitu:
1.
Pengawasan harus merefleksikan sifat dari berbagai
kegiatan yang diselenggarakan. Maksudnya ialah teknik pengawasan harus sesuai
antara lain dengan penemuan informasi tentang siapa yang melakukan pengawasan
dan kegiatan apa yang menjadi sasaran pengawasan tersebut.
2.
Pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang
kemungkinan adanya deviasi dari rencana. Maksudnya ialah pengawasan harus mampu
mendeteksi deviasi dan penyimpangan yang mungkin terjadi sebelum penyimpangan
itu menjadi kenyataan.
3.
Pengawasan harus menunjukkan pengecualian pada
titik-titik strategik tertentu. Maksudnya ialah seorang pimpinan harus mampu
menentukan kegiatan apa yang perlu dilakukannya sendiri dan kegiatan apa pula
yang sebaiknya didelegasikan kepada orang lain.
4.
Objektivitas dalam melakukan pengawasan. Maksudnya
ialah pengawasan lebih ditekankan pada standar prestasi kerja.
5.
Keluwesan pengawasan. Berarti bahwa pelaksanaan
pengawasan harus tetap berlangsung meskipun menghadapi perubahan organisasi.
6.
Pengawasan harus memperhitungkan pola dasar organisasi.
Seperti ; pembagian tugas, pendelegasian wewenang, pola pertanggungjawaban,
jalur komunikasi dan jaringan komunikasi.
7.
Efisiensi pelaksanaan pengawasan. Menjelaskan bahwa
setiap organisasi perlu menciptakan sistem pengawasan yang sesuai dengan
kebutuhan.
8.
Pemahaman sistem pengawasan oleh semua pihak yang
terlibat. Maksudnya ialah bahwa pimpinan selaku pelaksana kegiatan pengawasan
harus dapat menentukan teknik pengawasan yang dibutuhkan dan alat bantu apa
yang perlu dikuasai dan dimilikinya.
9.
Pengawasan mencari apa yang tidak beres. Berarti bahwa
pengawasan yang baik harus pula menemukan siapa yang salah dan faktor-faktor
apa yang menyebabkan terjadinya kesalahan tersebut.
10. Pengawasan
harus bersifat membimbing. Berarti bahwa tindakan pengenaan sanksi terhadap
bawahan menuntut keteladanan pada diri pimpinan yang bersangkutan.
Berbagai pernyataan mengenai
pengawasan menunjukkan bahwa kegiatan pengawasan dimaksudkan untuk mencegah
penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan dan
sekaligus melakukan tindakan perbaikan apabila penyimpangan sudah terjadi dari
apa yang sudah direncanakan.
Dengan demikian kegiatan pengawasan mengusahakan agar
pelaksanaan rencana sesuai dengan yang ditentukan. Oleh karena pengawasan
dimaksudkan agar tujuan yang dicapai sesuai dengan atau tidak menyimpang dari
rencana yang telah ditentukan, maka kegiatan pengawasan mengandung kegiatan
pemberian bimbingan, petunjuk atau intruksi.
2.1.3 Teknik-Teknik Pengawasan
Supaya pengawasan dapat
dikerjakan dengan baik, maka dalam pelaksanaannya perlu diterapkan
teknik-teknik pengawasan.
Menurut Siagian
(2008:115) pada dasarnya proses pengawasan dilaksanakan oleh administrasi dan
manajemen dengan mempergunakan dua teknik yaitu :
1.
Pengawasan langsung, dapat berbentuk :
a.
Inspeksi langsung
b.
Observasi di tempat (on-the-spot
observation)
c.
Laporan di tempat (on-the
spot-report)
2.
Pengawasan tidak langsung, dapat berbentuk :
a.
Laporan tertulis
b.
Laporan lisan
Teknik pengawasan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Pengawasan langsung, pengawasan ini adalah pengawasan
yang dilakukan oleh pemerintah pada waktu kegiatan pekerjaan dilakukan oleh
perusahaan. Pengawasan langsung dapat berbentuk :
a.
Inspeksi langsung yaitu pemerintah melakukan pengecekan
secara langsung ke perusahaan.
b.
Observasi di tempat (on-the-spot
observation) yaitu pemerintah melakukan pengamatan secara cermat pada
perusahaan.
c.
Laporan di tempat (on-the-spot report) yaitu pemberian
laporan dari perusahaan kepada pemerintah saat di lokasi produksi mengenai pelaksanaan
pekerjaan dan permasalahan yang dihadapi.
Ada dua segi positif
dari penggunaan observasi langsung sebagai teknik pengawasan. Pertama ialah
bahwa pemerintah melihat sendiri pelaksanaan kegiatan-kegiatan operasional yang
diselenggarakan oleh perusahaan. Dengan demikian pemerintah segera memperoleh
masukan yang sangat penting baginya dalam usaha menentukan tindakan korektif
yang tepat. Merupakan hal yang lumrah terjadi dalam organisasi bahwa pemerintah
melakukan kunjungan mendadak dalam rangka observasi langsung baik atau tanpa
memberitahukannya terlebih dahulu kepada orang-orang yang akan diamati itu.
Segi positif yang lain
ialah yang bersifat psikologis dalam arti bahwa perusahaan merasa diperhatikan.
Segi ini menjadi sangat penting karena dengan demikian pemerintah menempatkan
manusia sebagai titik sentral dalam seluruh proses pengawasan yang manfaatnya
akan jauh lebih besar dari semua teknik dan instrumen pengawasan yang paling
mutakhir dan canggih sekalipun.
2.
Pengawasan tidak langsung, pengawasan ini adalah
pengawasan jarak jauh melalui laporan yang disampaikan oleh pihak perusahaan.
Laporan ini dapat berbentuk :
a.
Laporan tertulis, laporan yang disampaikan secara
tertulis (dalam bentuk tulisan).
b.
Laporan lisan yaitu jenis laporan yang disampaikan secara
lisan.
Adapun metode
pengawasan yang dikemukakan oleh Handayaningrat (1996:147) adalah sebagai
berikut :
1.
Pengawasan langsung, merupakan kegiatan pengawasan
secara langsung sebagai tindakan perbaikan dan penyempurnaan terhadap kerja
orang-orang yang diserahi tanggung jawab.
2.
Pengawasan tidak langsung, pengawasan dilakukan hanya
melalui laporan-laporan tertulis saja.
3.
Pengawasan formal, pengawasan dilaksanakan secara
formal berdasarkan aturan-aturan yang telah ditetapkan.
4.
Pengawasan informal, pengawasan dikerjakan secara
pribadi tanpa melalui prosedur yang telah ditentukan. Pimpinan lebih bersifat
terbuka terhadap masalah-masalah pegawai karena pengawasan ini bersifat
pendekatan pribadi.
5.
Pengawasan administratif, pengawasan yang meliputi
pengawasan keuangan, kepegawaian dan material.
6.
Pengawasan teknis, pengawasan fisik yang dinilai secara
objektif dan bersifat langsung.
Pelaksanaan
teknik-teknik pengawasan sangat penting, seperti yang diungkapkan oleh Siagian
(2008:116) bahwa :
Pengawasan tidak
akan dapat berjalan dengan baik apabila hanya bergantung kepada laporan saja.
Karena itu pengawasan tidak langsung saja tidak cukup. Adalah kebijaksanaan
apabila pimpinan organisasi menggabungkan teknik pengawasan langsung dan tidak
langsung dalam melakukan fungsi pengawasan itu.
2.1.4 Pengertian Efektivitas
Efektivitas
secara harfiah mengandung pengertian tercapainya suatu efek atau pengaruh pada
suatu objek sebagai hasil dilaksanakan suatu tindakan-tindakan tertentu
terhadap objek tersebut.
Dalam
bidang administrasi/manajemen secara umum seringkali diartikan sebagai keadaan
dimana tujuan atau sasaran-sasaran organisasi yang telah ditetapkan dapat
tercapai.
Mengenai
pengertian efektivitas menurut Emerson yang dikutip Handayaningrat (1996:16) :
Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran
atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Jelasnya bila sasaran atau tujuan
telah sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya adalah efektif, jadi kalau
tujuan atau sasaran itu tidak selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
pekerjaan itu tidak efektif.
Sedangkan
menurut Bangun (2008:5) mengemukakan pengertian efektivitas adalah sebagai
berikut :
“Efektivitas merupakan suatu
ukuran yang dilakukan organisasi dalam pencapaian tujuannya. Dikatakan efektif apabila
terpenuhi target yang ingin dicapai baik dari segi kuantitas maupun
kualitasnya.”
Hani Handoko
(2003:7) memberikan pengertian efektivitas sebagai berikut :
“Efektivitas adalah kemampuan
untuk memilih tujuan yang tepat/ peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.”
Efektivitas menurut
Siagian (1986:13)
“Efektivitas adalah penyelesaian
pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Hal tersebut
mengandung pengertian bahwa suatu tugas itu dinilai baik tergantung bilamana
tugas itu diselesaikan.”
Rosenzweig
(1990:26) mengemukakan efektivitas sebagai “pencapaian sasaran yang eksplisit
dan implicit sampai seberapa jauh tercapainya tujuan dalam bidang-bidang hasil
yang terpenting.”
Sigit (1984:30-31) , mengemukan pendapatnya mengenai efektivitas sebagai
berikut:
Efektivitas adalah suatu keadaan yang menggambarkan keadaan atau
tingkat keberhasilan dalam usaha mencapai tujuan, sasaran, target atau maksud.
Dikatakan efektif apabila usahanya itu 100% usahanya berhasil seperti telah
direncanakan. Efektivitas ini menjawab dua pertanyaan:
(1) apakah sasaran (goal) telah tercapai? dan
(2) apakah sasaran itu tepat? Efektivitas itu tidak bersangkutan dengan biaya.”
Mc.Gill
(1993:27) memberikan argumen tentang efeisiensi dan efektivitas
sebagai berikut:
Efisiensi dapat diukur dengan
perbandingan antara masukan dan keluaran rumusan umum yang mengarahkan
pemikiran dan efisiensi adalah “minimals”: masukan minimum dan keluaran
maksimum. Efektivitas bukan suatu ukuran kuantitatif, seperti efisiensi, tetapi lebih merupakan ukuran kualitatif.
Efektivitas adalah suatu tingkat prestasi organisasidalam mencapai tujuan,
artinya sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Efektivitas
bagi sebagaian besar organisasi merupakan ukuran “maksimals”, memaksimumkan
tujuan dan memaksimalkan pencapaian tujuan.
Efektifitas dapat diidentifikasi menjadi efektivitas individu, kelompok
dan
organisasi.
Efektivitas individu menekanka pelaksanaan tugas pekerja atau
anggota dari
organisasi itu. Tugas-tugas yang harus dilaksanakan adalah bagian dari pekerjaan atau posisi
dalam organisasi. Para pemimpin secara rutin menaksir efektivitas individu
melalui proses evaluasi prestasi. Efektivitas kelompok adalah jumlah sumbangan
dari seluruh anggotanya, sedangkan efektivitas organisasi adalah fungsi
individu dan kelompok. Efektivitas pengembangan kerajinan anyaman dapat
dikategorikan efektivitas organisasi mengingat pengrajin anyaman mengembangkan usaha industry melalui
suatu organisasi baik berupa organisasi usaha industri kecil maupun menengah.
Organisasi dapat memperoleh tingkat prestasi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan jumlah prestasi masing-masing bagiannya. Prestasi yang diperoleh
organisasi akan lebih tinggi dari pada prestasi individu karena prestasi
organisasi merupakan hasil kerjasama antar individu dalam organisasi, sehingga
hasil kerjasama itulah yang akan menimbulkan tingkat prestasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan prestasi individu.
Pandangan lain adalah efektivitas kelompok, dimana efektivitas kelompok
dinyatakan sebagai jumlah kontribusi dari semua anggotanya. Dan pandangan
ketiga adalah efektivitas organisasi. Menurut pandangan ketiga ini efektivitas
organisasi terdiri dari efektivitas individu dan kelompok, lewat pengaruh
sinergis (kerjasama), organisasi mampu mendapatkan hasil karya yang lebih
tinggi lagi tingkatnya daripada jumlah hasil karya tiap-tiap bagiannya.
Gibson (1994:27) “efektivitas
individu tidaklah harus mendapat sebab dari efektivitas kelompok, begitu pula
tidak dapat dikatakan bahwa efektivoitas kelompok adalah jumlah dari
efektivitas individu”. Hubungan antara pandangan-pandangan tersebut
berubah-ubah tergantung dari factor-faktor seperti jenis organisasi, pekerjaan
yang dilaksanakan, dan teknologi yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan
tersebut. Efektivitas organisasi difokuskan pada organisasi pemerintahan yaitu
fungsi pengaturan (regulation) dan fungsi pelayaan (services).”
Efektivitas organisasi pemerintah
daerah merujuk pada kemampuan pemerintah daerah untuk mengatur dan melindungi
masyarakat warganya agar senantiasa dalam keadaan aman dan tertib melalui
pencapaian program-program kerja yang telah ditetapkan sebelumnya.
Efektivitas diukur berdasarkan
kemampuan organisasi mengamankan posisi tawar-menawar yang menguntungkan dalam
lingkungan dan memanfaatkan posisi tersebut untuk memperoleh sumber daya yang
langka dan berharga.
Indrawidjaya (1998:225)
mengemukakan bahwa “efektivitas organisasi selain ditentukan oleh besarnya
keuntungan yang diperoleh juga ditentukan oleh efisensinya.”
Efektivitas kerja berhubungan dengan aspek
intern dan ekstren suatu organisasi yaitu selain adaptability, flexibility,
productivity and satisfaction juga berhubungan dengan kemampuan menyesuaikan
diri dengan tuntutan perinbahan sekitarnya. Hal ini sejalan dengan pendapat
Etzioni (dalam Indrawidjaja, 1998:227) yang mengatakan bahwa pengukuran
efektivitas , yang diosebut system model, mengandung empat criteria, yaitu:
1.
Adaptasi yaitu kemampuan organisasi untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan termasuk juga dalam proses pengadaan tenaga kerja.
2.
Integrasi yatiu pengukuran terhadap tingkat kemampuan
organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan kosensus dan komunikasi
dengan orang lain.
3.
Motivasi anggota yang menyangkut keterikatan dan
hubungan antara organisasi dengan organisasi dan kelengkapan sarana bagi
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi.
4.
Produksi yang menyangkut dan mutu keluaran organisasi
serta intensitas kegiatan organisasi.
2.1.4.1
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Efektivitas
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas , seperti yang dikemukakan oleh
Richard M. Steers dalam Handayiningrat(1990:22), yaitu :
1.
Karakteristik Organisasi
Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan
teknologi organisasi yang dapat mempengaruhi segi-segi tertentu dari
efektivitas dengan berbagai cara. Yang dimaksud struktur adalah hubungan yang
relatif tepat sifatnya, seperti dijumpai dalam organisasi sehubungan dengan
susunn sumber daya manusia struktur meliputi bagaimana cara organisasi menyusun
orang-orang dalam menyelesaikan pekerjaan, sedangkan yang dimaksud teknologi
adalah mekanisme suatu organisasi untuk mengubah masukan menjadi keluaran.
2.
Karakteristik Lingkungan
Lingkungan luar dan lingkungan dalam juga telah
dinyatakan berpengaruh atas efektivitas, keberhasilan hubungan organisasi
lingkungan tampaknya amat bergantung pada tingkat varibel kunci yaitu tingkat
keterdugaan keadaan lingkungan, keteptan persepsi atas keadaan lingkungan,
tingkat rasionalisme organisasi. Ketiga faktor ini mempengaruhi ketepatan
tanggapan organisasi terhadap perubahan lingkungan.
3.
Karakteristik Pekerja
Pada kenyatannya para anggota organisasi merupakan
faktor pengaruh yang paling penting karena perilaku merekalah yang dalam jangka
panjang akan memperlancar atau merintangi tercapainya tujuan organisasi.
Pekerja merupakan sumber daya yang langsung berhubungan dengan pengelolaan
semua sumber daya yang ada di dalam organisasi, oleh sebab itu perilaku pekerja
sangat berpengaruh besar terhadap pencapaian tujuan organisasi. Pekerja
merupakan modal utama di dalam organisasi yang akan berpengaruh besar terhadap
efektivitas, karena walaupun teknologi yang digunakan merupakan teknologi yang
canggih dan didukung oleh adanya struktur yang baik, namun tanpa adanya pekerja
maka semua itu tidak ada gunanya.
4.
Karakteristik Kebijaksanaan dan Praktek Manajemen
Dengan makin rumitnya proses teknologi dan
perkembangan lingkungan, maka peranan manajemen dalam mengkoordinasikan orang
dan proses demi keberhasilan organisasi semakin sulit.
Dengan demikian maka
efektivitas penanggulangan pencemaran lingkungan adalah suatu pelayanan (jasa)
yang diberikan oleh pemerintah dalam hal ini Kantor Kecamatan Mangkubumi
terhadap perusahaan pemotongan ayam dengan tepat waktu. Tercapainya efektivitas
pelayanan yang diberikan oleh Kantor Kecamatan Mangkubumi dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti perbedaan dalam menginterpretasikan tugas-tugas
yang harus dilaksanakan, manajemen dan perilaku perusahaan dalam bekerja serta
iklim kerja yang ada dalam organisasi perusahaan.
2.1.5 Pengaruh Pengawasan terhadap Efektivitas
Penanggulangan
Setiap
organisasi dalam proses pencapaian tujuannya mempunyai aturan-aturan tertentu
yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui apakah perusahaan sudah melakukan
tanggung jawab sosialnya dalam hal pencemaran lingkungan diperlukan adanya
pengawasan.
Waskat
(pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan efektif untuk mencegah/
mengetahui kesalahan, membetulkan kesalahan, meningkatkan prestasi kerja,
menggali sistem-sistem kerja yang paling efektif, serta menciptakan internal
kontrol yang terbaik dalam mendukung terwujudnya tujuan organisasi.
Adapun
Siagian (2008:114) mengungkapkan bahwa :
Pengawasan
memainkan peranan yang sangat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan. Secara
filosofis dapat dikatakan bahwa pengawasan itu mutlak perlu karena manusia
bersifat salah, paling sedikit bersifat khilaf.
Dengan waskat berarti pemerintah harus aktif
dan langsung mengawasi kinerja perusahaan. Hal ini berarti pemerintah harus
selalu melakukan pengawasan secara berkala kepada perusahaan untuk memberi
petunjuk jika perusahaan mengalami kesulitan dalam hal melaksanakan proses
produksinya.
Karena
lemahnya pengawasan dari pemerintah langsung maka perusahaan juga tidak perlu
melakukan ketentuan-ketentuan baik mengenai peraturan kedinasan ataupun
mengikuti prosedur kerja secara baik dan benar. Akibat dari sikap yang demikian
itu mengakibatkan proses kerja yang berorientasi pada ramah lingkungan menjadi
lamban.
Segala
bentuk penyimpangan harus diberantas dan dicegah, pelakunya harus ditindak
sesuai dengan besar kecilnya penyimpangan yang ia lakukan.
Handayaningrat
(1996:143) menyatakan pengawasan
dimaksudkan untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan,
ketidaksesuaian, penyelewengan dan lainnya yang tidak sesuai dengan tugas dan
wewenang yang telah ditentukan.
2.2
Kerangka
Pemikiran
Kerangka konsep
merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang akan dilakukan dan akan
memberikan landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi
masalahnya. Dari tinjauan pustaka di atas, maka penulis akan mengemukakan
kerangka pemikiran yang berpegang pada pendapat para ahli yang mengemukakan
pengawasan dan efektifitas.
Pengertian pengawasan
menurut Siagian (2008:112) dinyatakan bahwa :
“Pengawasan
ialah proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin
agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan sebelumnya.”
Sedangkan
pengertian efektivitas menurut Bangun (2008:5) mengemukakan pengertian efektivitas
adalah sebagai berikut: “Efektivitas merupakan suatu ukuran yang dilakukan
organisasi dalam pencapaian tujuannya. Dikatakan efektif apabila terpenuhi
target yang ingin dicapai baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya”
Seperti yang telah diuraikan
diatas, bahwa dalam penelitian ini penulis berpedoman pada teori teknik-teknik
pengawasan yang dikemukakan oleh Siagian dengan pertimbangan bahwa teori
teknik-teknik pengawasan yang dikemukakan oleh Siagian bila dihubungkan dengan
efektivitas yang dikemukakan oleh Hani Handoko menarik untuk dikaji lebih
mendalam dan cocok dengan konteks penelitian. Secara skematis dapat dilihat
dalam gambar berikut :
Gambar 1
Kerangka Pemikiran Penelitian
|
|||||
|
|||||
`
2.3
Hipotesis
Berdasarkan kerangka
pemikiran di atas, maka penulis menetapkan hipotesis sebagai berikut :
“Terdapat
pengaruh pengawasan terhadap efektivitas
penanggulangan pencemaran lingkungan hidup pada kantor Pengendalian Lingkungan
Hidup Kota Tasikmalaya.”
Selanjutnya penulis
juga mengajukan hipotesis statistik karena dalam penelitian yang dilaksanakan
oleh penulis menggunakan sampel. Adapun hipotesis statistiknya adalah sebagai
berikut :
Hipotesis nol (H0) =
rs≤ 0, berarti tidak terdapat pengaruh yang positif pengawasan terhadap efektivitas penanggulangan
pencemaran lingkungan hidup pada kantor KPLH
Kota Tasikmalaya.
Hipotesis alternatif
(Ha) = rs>0, berarti terdapat pengaruh pengawasan terhadap efektivitas penanggulangan
pencemaran lingkungan hidup pada kantor KPLH Kota Tasikmalaya.
Untuk menguji
hipotesis tersebut maka dilakukan uji pihak kanan karena menurut Sugiyono
(2008:189) “Uji pihak kanan digunakan apabila hipotesis nol berbunyi “lebih
kecil atau sama dengan” (≤) dan
hipotesis alternatif berbunyi “lebih besar” (>).” yang digambarkan dalam
kurva berikut ini :
Gambar 2
Kurva daerah penolakan H0
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1
Objek
Penelitian
Adapun objek penelitian ini adalah Kantor Pengendalian
Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya yang beralamat di Jalan Noeneng Tisnasaputra
Bale Wiwitan (0265) 371606 Kota
Tasikmalaya 46131. Jumlah pegawai yang ada di KPLH Kota Tasikmalaya adalah
sebanyak 22 orang yang terdiri dari 15 orang Pegawai Negeri Sipil dan 7 orang
merupakan Tenaga Kerja Kontrak dan honorer.
3.2
Metode
(Desain) Penelitian
Metode yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksplanasi (explanatory research) sebagaimana
dikemukakan oleh Sugiyono (2008:11) sebagai berikut : “Penelitian menurut
tingkat eksplanasi adalah penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan
variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan
variabel yang lain.”
Metode eksplanasi yang
dipergunakan penulis adalah metode penelitian asositif/hubungan sebagaimana
yang dikemukakan oleh Sugiyono (2008:11) sebagai berikut :
Penelitian
asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dua
variabel atau lebih. Penelitian ini mempunyai tingkatan yang tertinggi bila
dibandingkan dengan penelitian deskriptif dan komparatif. Dengan penelitian ini
maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan,
meramalkan dan mengontrol suatu gejala.
Kemudian menurut
metode ini untuk menguji hipotesis digunakan statistik inferensial. Menurut
Sugiyono (2008:170), “Statistik inferensial adalah teknik statistik yang
digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk
populasi.”
3.3
Operasionalisasi
Variabel
Menurut Hatch dan
Farhady dalam Sugiyono (2008:38), “Variabel dapat didefinisikan sebagai atribut
sesorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antra satu orang dengan yang
lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.”
Berdasarkan pengertian
di atas, maka dapat dirumuskan disini bahwa variabel penelitian adalah suatu
atribut atau suatu sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulannya.
Pengoperasionalisasian
variabel ini dilakukan untuk memudahkan penelitian, karena variabel-variabelnya
masih bersifat umum dan belum spesifik. Operasionalisasi variabel ini dilakukan
dengan cara menguraikan variabel menjadi sub variabel. Diuraikan kembali
menjadi dimensi, diuraikan kembali menjadi indikator dan selanjutnya diuraikan
lagi menjadi item pertanyaan, sehingga variabel tersebut menjadi lebih
spesifik. Dibawah ini operasionalisasi variabelnya:
TABEL 1.2
TABEL OPERASIONALISASI VARIABEL
VARIABEL
|
DIMENSI
|
INDIKATOR
|
Pengawasan
Siagian (2008:112)
Pengawasan ialah proses pengamatan yang dilakukan oleh Kepala KPLH
terhadap Perusahaan dalam melaksanakan tugas-tugas yang dilaksanakansehingga
pelaksanaan penanggulangan sesuai dengan rencana dan aturan.
|
Teknik-Teknik Pengawasan Siagian
(2008:115)
1.
Pengawasan Langsung
1.1 Inspeksi
langsung
|
a
Melakukan pemeriksaan
secara langsung terhadap pelaksanaan kegiatan penanggulangan pencemaran
lingkungan hidup akibat Limbah.
b. menilai
hasil kerja pegawai dan perusahaan yang melakukan penanggulanga secara
langsung
c. memberikan
perbaikan bila terjadi kesalahan
d. melakukan
pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan penanggulangan pencemaran lingkungan
Hidup
|
1.2 Observasi
di tempat
1.3 Laporan
di tempat
|
a. melakukan
pengamatan terhadap keadaan sarana dan prasarana yang digunakan pada
Perusahaaan.
b. Meminta
penjelasan mengenai
pelaksanaan kegiatan penanggulangan pencemaran
c. bertukar
pikiran (diskusi) dengan pegawai
ditempat terkait daerah aliran sungai yang tercemari?
a. memeriksa
laporan mengenai keadaan sarana dan prasarana yang di gunakan untuk melakukan penaggulangan
|
|
|
2.
Pengawasan Tidak Langsung
2.1 Laporan
tertulis
2.2 Laporan
lisan
|
a. memberikan tanggapan terhadap laporan tertulis
fasilitas yang ada di lapangan
b. meminta
laporan lisan mengenai keadaan lingkungan yang tercemari limbah
a. memberikan
tanggapan secara lisan terhadap fasilitas masyarakat yang tercemari limbah
|
Efektivitas (Bangun 2008:5)
Efektivitas
Adalah suatu ukuran yang dilakukan organisasi dalam pencapaian tujuannya.
Dikatakan efektif apabila terpenuhi target yang ingin dicapai baik dari segi
kuantitas maupun kualitasnya.
|
|
a. Perusahaan dapat menyelesaikan pekerjaan
penanggulangan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan
b. Perusahaan tepat sasaran
dalam melakasanakan kegiatan penanggulangan pencemaran lingkungan hidup
|
3.4
Teknik
Penentuan Responden
3.4.1 Populasi Peneliti
Adapun
teknik untuk pengambilan populasi dan sampel di Kantor pengendalian Lingkunga
Hidup Kota Tasikmalaya menurut Sugiyono (2008:90) adalah sebagai berikut :
Populasi
adalah wilaya h generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Jumlah populasi yang
ada di Kantor pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya adalah 22 orang
termasuk seorang Kepala, dan semuanya dinyatakan terlibat didalamnya terlibat
dalam kegiatan penganbilan sampel, dan populasi itu terdiri dari beberapa
pegawai seks seksi berikut dengan kepala adalah:
Tabel 1.3 Jumlah pegawai KPLH
Berdasarkan jabatan
NO
|
JABATAN
|
JUMLAH
|
1
2
3
4
5
6
|
Kepala
SUB Bagian Tata Usaha
Seksi AMDAL
Seksi pengkajian Teknologi
Lingkungan
Seksi pengendalian dan PLH
Kelompok Fungsional
|
1
1
4
4
4
4
|
|
Jumlah Total
|
22
|
Sumber:
KPLH Kota Tasikmalaya
3.4.2 Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang
digunakan oleh penulis adalah teknik Sensus
atau teknik Sampeling jenuh sebagaimana pendapat Sugiyono (2008:93) Adalah Penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, bisa di simpulkan
bahwa banyaknya Sampel terdiri dari banyaknya populasi.
3.5
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
sebagai berikut :
1.
Studi Kepustakaan, yaitu suatu usaha pengumpulan bahan
untuk memperkuat data yang diperoleh dari penelitia
2.
Studi lapangan
dengan cara mempelajari buku-buku dan bahan-bahan lainnya yang berkaitan dengan
koordinasi dan kinerja pegawai.
3.
Studi Lapangan, yaitu pengumpulan data dengan terjun ke
lapangan yang dilakukan dengan cara :
a.
Observasi, ialah teknik pengumpulan data dengan
mengadakan pengamatan dan pencatatan langsung ke lokasi penelitian di Kantor
PLH Kota Tasikmalaya dan perusahaan suka hati.
b.
Wawancara, ialah teknik pengumpulan data dengan cara
meminta penjelasan langsung yang berhubungan dengan masalah yang sedang
diteliti. Dalam teknik ini, pewaw ancara akan menggunakan wawancara bebas
terpimpin, dimana pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan
diteliti, selanjutnya proses wawancara berjalan
mengikuti situasi yang berlangsung pada saat itu. Pedoman wawancara
berfungsi sebagai pengendali agar proses wawancara tidak kehilangan arah, yang
diwawancara adalah Kepala Kantor dan Pimpinan Perusahaan sebagai pembanding.
c.
Angket, ialah teknik pengumpulan data dengan cara
mengajukan pertanyaan tertulis kepada responden dan selanjutnya responden
memberikan jawaban dengan memilih jawaban yang telah disediakan.
3.6
Pendekatan
Kuantitatif
Jenis pertanyaan di
dalam angket yang digunakan penulis adalah kalimat pertanyaan tertutup disertai
dengan alternatif jawaban. Jawaban setiap item pertanyaan mempunyai gradasi
positif sampai negatif atau yang disebut dengan skala Likert, dimana setiap
pertanyaan disertai 5 kategori pilihan jawaban sebagai berikut :
a.
Sangat setuju diberi skor 5
b.
Setuju diberi skor 4
c.
Kurang Setuju diberi skor 3
d.
Tidak setuju diberi skor 2
e.
Sangat tidak setuju diberi skor 1
Penggunaan skala
Likert ini didasarkan pada pendapat Sugiyono (2008:107) bahwa :
Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini
ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai
variabel penelitian. Maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan.
Perlu diketahui bahwa
angket yang telah disusun terlebih dahulu dilakukan uji instrumen dalam rangka
menentukan validitas dan reliabilitas alat ukur tersebut. Validitas dan
reliabilitas tersebut menurut Sugiyono (2008:137) adalah sebagai berikut :
Validitas
adalah tingkatan dimana suatu instrumen untuk mengukur apa yang hendak diukur.
Reliabilitas adalah tingkatan dimana instrumen yang bila digunakan beberapa
kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.
Untuk menguji
validitas dilakukan dengan teknis analisis korelasi dari skor item dari
masing-masing item skor total.
Sedangkan untuk
mengukur reliabilitasnya digunakan metode split-half genap-ganjil yang
dianalisis dengan metode Spearman-Brown yang dikemukakan oleh Sugiyono
(2008:149) yaitu :
=
ri = reliabilitas
internal seluruh instrumen
rb = korelasi
product moment antara belahan pertama dan kedua
Mengenai
teknis untuk pengukuran validitas dan reliabilitas instrumen ini, penulis
menggunakan analisis komputer dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 11.0 for window.
Kemudian
kriteria uji validitas merujuk pada pendapat Masrun dalam Sugiyono (2008:152)
yaitu “syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.”
Jadi, kalau korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir
dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.
Dalam
identifikasi masalah dan hipotesis penelitian ada hal yang harus diteliti dan
dibahas yaitu, “apakah terdapat pengaruh yang positif Pengawasan terhadap Efektivitas Penanggulangan
Pencemaran Lingkungan Hidup Pada Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kota
Tasikmalaya, ?”
Untuk
pembahasan masalah tersebut di atas, data yang diperoleh akan diolah dan
dianalisa sebagai berikut :
a.
Data hasil angket/kuesioner ditabulasikan sebagai
berikut :
Tabel 1.4
Tabulasi Data
No.
Responden
|
No
Item Pertanyaan
|
|||||||||||||
1
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
“
|
“
|
“
|
x
|
“
|
“
|
“
|
Y
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
22
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
b.
Dari data di atas, penulis melihat pada hasil uji validitas dan reliabilitas.
c.
Kemudian dari data yang valid, hasil angket ditampilkan
dengan membuat tabel frekuensi, dimana alternatif jawaban pertanyaannya
menggunakan skala Likert yang mempunyai gradasi dari sangat positif sampai
dengan negatif, sebagai berikut : Tabel 1.7
Tabel Frekuensi
Alternatif
Jawaban
|
Frekuensi
|
%
|
Sangat setuju
|
|
|
Setuju
|
|
|
Kurang stuju
|
|
|
Tidak setuju
|
|
|
Sangat tidak setuju
|
|
|
Jumlah
|
21
|
100
|
d.
Selain hasil angket yang telah dibuat dalam tabel
frekuensi, penulis mencoba menggabungkan data tersebut dengan hasil wawancara
dan observasi sebagai bahan dasar untuk membuat kesimpulan dari setiap
pertanyaan/indikator yang ditanyakan kepada responden.
Selanjutnya untuk
menganalisa pengaruh variabel Pengawasan (X) terhadap variabel Efektivitas
Pelayanan (Y), penulis menggunakan rumus Rank Spearman. Adapun secara manual
rumus Rank Spearman adalah sebagai berikut :
Keterangan :
rs = Koefisien
Korelasi Rank Spearman
di = Selisih
mutlak antara rs pada
variabel x dengan rs pada
variabel y
n = banyaknya
data
1
dan 6 = ketetapan rumus Rank Spearman
Untuk memberikan
interpretasi koefisien korelasi, maka dapat digunakan pedoman yang dikemukakan
oleh Sugiyono (2008:214) sebagai berikut :
Tabel 1.8
Pedoman Interpretasi Interval Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
|
Tingkat Pengaruh
|
0,00 – 0,199
|
Sangat rendah
|
0,20 – 0,399
|
Rendah
|
0,40 – 0,599
|
Sedang
|
0,60 – 0,799
|
Kuat
|
0,80 – 1.000
|
Sangat kuat
|
Kemudian untuk
mengetahui besarnya pengaruh Pengawasan terhadap efektivitas penanggulangan
pencemaran, maka mengacu pada rumus Sugiyono (2008:117) :
KD = rs x 100%
Keterangan :
KD = Koefisien
Determinasi
rs = Koefisien
Korelasi Rank Spearman
3.7
Tempat dan
Jadwal Penelitian
3.7.1 Tempat Penelitian
Adapun
tempat penelitian dilaksanakan di Di Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kota
Tasikmalaya di jalan Noneng tisna
saputra bale wiwitan Kota Tasikmalaya dan perusahaan pemotongan ayam Suka Hati
Group Jalan Sambong Pari PLN Kecamatan Mangkubumi Kota tasikmalaya telpon (0265)
331606 Tasikmalaya 46131
3.7.2 Jadwal Penelitian
Penelitian
ini dilakukan selama 6 Bulan, yaitu dari Bulan Nopember 2011 sampai dengan
April 2012 dengan rincian sebagai berikut :
a.
Bulan Nopember 2011
-
Studi Kepustakaan
-
Penjajagan awal dan observasi
b.
Bulan Desemb Januari
2011-2012
-
Pengurusan surat izin
-
Penyusunan draft usulan penelitian
c.
Bulan Januari – Februari 2012
-
Penyusunan draft usulan penelitian
-
Bimbingan usulan penelitian
d.
Bulan Februari 2012
-
Seminar usulan penelitian
e.
Bulan Maret April
-
Bimbingan Skripsi
f.
Bulan Mei
-
Sidang Skripsi
BAB V SKRIPSI DANDAN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai pengaruh pengawasan kepala kantor terhadap
Efektivitas Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup(Pencemaran Daerah
Aliran Sungai Dikelurahan Sambong Jaya) Pada Kantor Pengendalian
Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya, dapat penulis simpulkan sebagai
berikut:
1. Bahwa pengawasan belum dilaksanakan Kepala Kantor dengan maksimal.
Hal ini dikarenakan masih terdapat indikator pengawasan yang belum
dilaksanakan dengan baik, bila di simpulkan bahwa lebih dari 50%
berdasarkan Hasil Penelitian menunjukan kurang setuju bahwa kepala
kantor melakukan pengawasan sesuai dengan teknik-teknik Pengawasan,
sehingga masih perlu adanya optimalisasi terutama dalam hal observasi di
tempat seperti mengamati cara kerja pegawai dan pengamatan mengenai
ketaatan pegawai terhadap peraturan di Kantor Pengendalian Lingkungan
Hidup Kota Tasikmalaya.
2. Bahwa Efektivitas Penanggulangan Pencemaran Lingkungan
Hidup(Pencemaran Daerah Aliran Sungai) Belum terlaksana secara efektif .
Hal ini dikarenakan masih terdapat indikator Efektivitas
Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup(Pencemaran Daerah Aliran
Sungai) yang belum dilaksanakan `dengan baik, terutama mengenai
penyelesaian penanggulangan yang belum sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan 66% menjawab berdasarkan hasil angket kurang setuju..
3. Dari hasil pembahasan mengenai pengaruh pengawasan kepala terhadap
Efektivitas Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup(Pencemaran Daerah
Aliran Sungai)Pada Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kota
Tasikmalaya, baik dari hasil observasi, wawancara dan penyebaran angket
dapat diperoleh keterangan bahwa pengawasan belum dilaksanakan kepala
kantor secara optimal sehingga Bahwa Efektivitas Penanggulangan
Pencemaran Lingkungan Hidup(Pencemaran Daerah Aliran Sungai) Belum
terlaksana secara efektif Sehingga belum menunjukan perubahan terhadap
lingkungan yang tercenari..
Dengan demikian berdasarkan penelitian yang penulis laksanakan menjawab
hipotesis dalam
Bab 1, yaitu terdapat pengaruh yang positif pengawasan terhadap
Efektivitas Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup(Pencemaran Daerah
Aliran Sungai)Pada Kantor Pengendalian Lingkungan HIdup Kota
Tasikmalaya, dapat dibuktikan kebenarannya.
5.2 Saran
1. Kepala kantor diharapkan untuk lebih memperhatikan kegiatan
Penanggulangan Pencemaran lingkungan dengan melakukan pengawasan secara
langsung sehingga perusahaan lebih terkontrol untuk bekerja lebih baik.
2. kepala kantor hendaknya lebih tegas terhadap perusahaan yang nakal
agar selalu menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu,dan sesuai
dengan aturan yang berlaku.
sehingga dapat menjadi conto satu perusahaan terhadap perusahaan yang
lain dalam melaksanakan tanggungjawabnya.serta Kantor
Pengendalian Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya dapat berjalan dengan
lancer.
3 Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Segera Membuat rancangan Praturan
daerah yang lebih tersepesifik yang mengatur tentang pengelolaan
lingkungan Hidup, Karena Kota Tasikmalaya belum Memiliki Perda Yang
lebih khusus mengatur Tentang Lingkungan Hidup.
4. Berikan Sangsi Yang teghas Kepada Pihak Ketiga yang nakal Agar Tidak
ada Perusahaan yang meninggalkan Kewajibanya.
Demikian kesimpulan dan saran dari penulis, mudah-mudahan dapat menjadi
suatu masukan yang berguna bagi kelangsungan kegiatan di Kantor
Pengendalian Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya.
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Pengawasan Terhadap Efektivitas
Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup Pada Kantor Pengendalian
Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya(Pencemaran Daerah Aliran Sungai Di
Kelurahan Sambong Jaya)”,
Berdasarkan hasil penelitianpenulis di Kantor Pengendalian Lingkungan
Hidup Kota Tasikmalaya menunjukan bahwa Efektivitas Penanggulangan
Pencemaran Lingkungan Hidup Pada Kantor Pengendalian Lingkungan HIdup
Kota Tasikmalaya(Pencemaran Daerah Aliran Sungai Di Kelurahan Sambong
Jaya)”,memperlihatkan beberapa masalah yang diduga karena kurangnya
pengawasan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis mengidentifikasi masalah,
yaitu: “Adakah pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja pegawai di
Kantor Pengendalian Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya?”
Selanjutnya disusun tujuan dan kegunaan penelitian serta anggapan dasar
menurut para ahli sebagai landasarn teori yang mendukung untuk
membantu pembahasan dalam pemecahan masalah yang telah diidentifikasi di
muka.
Dengan bertolak dari anggapan dasar, penulis mengajukan hipotesis:
“Terdapat pengaruh positif pengawasan kepala terhadap Efektivitas
Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup Pada Kantor Pengendalian
Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya(Pencemaran Daerah Aliran Sungai Di
Kelurahan Sambong Jaya)”,Pada Kantor Pengendalian Lingkungan HIdup Kota
Tasikmalaya”,
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian eksplamasi, dengan teknik pengumpulan data sebagai
berikut: studi kepustakaan dan studi lapangan yang terdiri dari
observasi, wawancara dan angket. Untuk pembahasan masalah, data yang
diperoleh akan diolah dan dianalisa dengan menggunakan Program SPSS
Versi 16,0.
Dari hasil pembahasan mengenai Adakah pengaruh pengawasan kepala
kantor terhadap Efektivitas Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup
Pada Kantor Pengendalian Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya(Pencemaran
Daerah Aliran Sungai Di Kelurahan Sambong Jaya)”,Pada Kantor
Pengendalian Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya, baik dari hasil
observasi, wawancara dan penyebaran angket dapat diperoleh keterangan
bahwa pengawasan bahwa dilaksanakan kepala kantor secara optimal
sehingga Efektivitas Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup Pada
Kantor Pengendalian Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya(Pencemaran Daerah
Aliran Sungai Di Kelurahan Sambong Jaya)”, belum meningkat.
Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa terdapat pengaruh
positif pengaruh pengawasan kepala kantor terhadap Efektivitas
Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup Pada Kantor Pengendalian
Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya(Pencemaran Daerah Aliran Sungai Di
Kelurahan Sambong Jaya)”,Pada Kantor Pengendalian Lingkungan HIdup Kota
Tasikmalaya. Artinya hipotesis:”terdapat Pengaruh Positif pengawasan
terhadap Efektivitas penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup
(Pencemaran Daerah Aliran Sungai di Kelurahan Sambong Jaya)Pada Kantor
Pengendalian Lingkungan HIdup Kota Tasikmalaya” dapat diuji dan diterima
kebenaranny
Tidak ada komentar:
Posting Komentar